A+

6/recent/ticker-posts

Akankah Papua Akan Lepas Dari NKRI ?


Kibaran Sampari:

Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia Indonesia di Papua Barat





JUDUL:

Kibaran Sampari: Pembebasan OPM dan Perang Rahasia Indonesia di Papua Barat

PENULIS:

Robin Osborne

PENERJEMAH:

Elsam

PENYUNTING:

Amiruddin dan Agung Yudhawiranata

PENERBIT:

ELSAM, 2001

Aura Magis

di Tiang Sampari

TUNTUTAN merdeka yang mengema di Papua sepanjang tahun 2000 ini telah mengundang banyak perhatian. Baik di luar maupun di dalam Indonesia. Media massa luar dan dalam Indonesia juga mulai bergairah memberitakan berbagai soal yang kini terjadi di bumi cendrawasih itu. Hampir setiap hari sekarang ini kita bisa menyaksikan dan membaca berita mengenai Papua di media massa baik cetak maupun elektronik. Masalah Papua kembali menjadi pembicaraan dalam sidang-sidang DPR maupun dalam rapat-rapat kabinet. Dari gejala itu secara politik telah menunjukan loncatan perhatian yang cukup berarti yaitu dari sekedar masalah urusan militer menjadi urusan politik nasional secara menyeluruh.

Di tengah gairah perhatian terhadap Papua yang sedang tumbuh itu, ELSAM ingin memperkenalkan buku karya Robin Osborne, KIBARAN SAMPARI: Gerakan Pembebasan OPM dan Perang Rahasia Indonesia di Papua Barat. Buku yang masuk ke dalam daftar buku terlarang dibaca oleh publik Indonesia di masa Rezim militer Orba ini pada awalnya diterbitkan dalam bahasa Inggris tahun 1984. Meski pun telah di terbitkan 16 tahun yang lalu masih sangat relevan dibaca dalam situasi Papua sekarang.

Robin Osborne dengan cara bertutur menguraikan sepak terjang OPM dalam membela dan mewujudkan Papua Merdeka. Dengan jeli seluruh kegiatan dan gerak OPM dicatat dalam buku ini. Begitu pula mengenai perselisihan antar pemimpin OPM dalam memilih taktik dan strategi perjuangan. Di samping itu juga mengulas bagaimana dunia internasional mengapresiasi perjuangan OPM itu. Mulai dari keterlibatan PBB melalui UNTEA sampai ke keterlibatan Australia dan Amerika dalam menyikapi perubahan-perubahan status wilayah itu ke dalam RI dari Belanda. Masalah lain yang sangat kaya diulas Robin adalah keterlibatan PNG dalam masalah Papua ini. PNG yang menjadi tetangga terdekat Papua sangat kerepotan dalam menghadapi diplomasi Indonesia, terutama kebijakan militernya. Dalam buku ini diuraikan pula bagaimana militer Indonesia sering kali melakukan provokasi di perbatasan PNG untuk memancing OPM.

Namun masalah inti dalam buku Robin ini adalah perang rahasia militer Indonesia yang berlangsung sekitar tahun 1969 �setelah Pepera sampai tahun 1980-an dalam menghadapi sepak terjang kelompok-kelompok bersenjata di Papua yang disebut gerakan pengacau keamanan. Menurut Osborne antara tahun itulah perang rahasia itu begitu mengganas dan menelan korban jiwa ribuan. Perang itu dirahasiakan oleh para petinggi militer terhadap publik Indonesia di luar Papua. Perang rahasia Indonesia di Papua itu terungkap ke permukaan di tahun 1980-an ketika mengalirnya ribuan pengungsi ke PNG. Gelombang pengungsian yang tiada henti sepanjang tahun 1984 itu telah mengundang perhatian dunia. Namun Indonesia tak mengubris itu dan tetap melancarkan berbagai masalah operasi militer. Akibat operasi yang begitu hebat dan telah mendatangkan penderitaan bagi rakyat di Papua akhirnya gerakan OPM itu surut dan terpecah-pecah. Bahkan akhirnya OPM kehilangan resonansinya akibat tak pernah lagi bisa menemukan titik temu di antara mereka. Meskipun begitu OPM tetap saja mengibarkan bendera Sampari-nya berulang kali di tengah-tengah hutan belantara Papua yang begitu menakjubkan itu.

Kini, Bendera Sampari itu kembali berkibar di hampir seluruh pelosok Papua. Namun pengibarannya menimbulkan sekian banyak interpretasi dan juga menimbulkan sekian banyak masalah. Baik di kalangan orang Papua sendiri, maupun di kalangan orang Indonesia lainnya. Untuk memahami pengibaran Bendera Sampari yang magis itu tak ada jalan lain selain menelusuri sejarahnya. Buku Robin ini merekam seluruh sejarah pengibaran Sampari itu dan usaha militer Indonesia dalam menurunkannya. Maka dari itu untuk menyimak lebih dalam bagaimana kibaran Sampari yang penuh magis tepat kiranya Anda membaca buku ini. Selamat membaca. ¤

Posting Komentar

2 Komentar

  1. tidak akan. mereka pikir mereka itu sadar dg apa yang diperbuatnya?

    apakah mereka tidak tahu? memecah belah Indonesia adalah = mencegah Indonesia menagih hutang kepada negara2 itu? termasuk Amerika dan Inggris?

    apakah mereka pikir Indonesia ini berhutang? wa ha ha ha ha... indonesia ini kaya coy....!!!

    BalasHapus
  2. betul bung tribas.
    tapi kita pun harus melihat kenyataan bahwa persoalan memang tidak sederhana. karena kebijakan pemenrintahan yang pengawasannya sentralistik serba pusat sejak puluhan tahun, akhirnya daerah tidak terberdayakan secara optimal lalu merasa kurang diperhatikan, dalam perjalanan saya ke seluruh wilayah perbatasan termasuk Papua, banyak sekali organisasi / donatur / lembaga sosial asing yang memiliki kedekatan dengan mereka. maka bukan salah mereka pula kalau lebih loyal ke asing daripada ke NKRI, bahkan suara asing lebih terdengar nyaring daripada suara para negarawan di tanah air kita. dan satu hal perlu dicatat: Luar negeri punya banyak relawan yang terjun ke daerah-daerah terisolir yang mereka itu para intelek (mahasiswa dan peneliti) dari kalangan keluarga lumayan berada. di negeri ini, belum jadi jutawan saja hobinya sudah yang mahal-mahal, mulai dari olahraga individual high end, dugem, koleksi mulai dari barang antik sampai wanita2 cantik. saat para borjuis-egois dan narsis ini memikirkan menu esok hari "Besok makan apa ya..?" tetangga sebelah sedang pening kepala "Besok apa makan...?"

    BalasHapus