A+

6/recent/ticker-posts

FREEPORT LUCUTI WARTAWAN

Agar tidak terjadi salah pengertian, maka berikut ini disampaikan kronologis kejadian perlucutan kepada Wartawan, dan penghapusan isi rekaman oleh "Tentara Bayaran" Freeport. Istilah "Tentara Bayaran" akan terus dipakai sebelum ada kejelasan mengenai kontrak kerja antara Freeport dengan Pasukan Tentara Bayaran ini. Yakni apakah Freeport termasuk Obvit yang secara prosedural memang harus dan wajib dijaga keamanannya oleh TNI/POLRI atau kontraknya antara Corporate dengan Perusahaan Jasa "Security Service".


Kronologi Pelucutan Kamera Wartawan dan Penghapusan Isi Rekaman di Timika
Timika, 12 September 2008

Pagi sekitar pukul 4 WIT, kawan-kawan wartawan di Timika mendapakan informasi adanya bom yang meledak di kawasn pertambangan PT Freeport. Sekitar pukul enam kami beberapa wartawan mencoba melengkapi informasi mengenai ledakan yang terjadi.dengan mengontak beberapa sumber yang dapat dipercaya. Dengan bekal pengalaman apabila ada kasus yang terjadi di kawasan PT Freeport, mustahil rasanya wartawan bisa menuju lokasi kejadian yang merupakan areal pertambangan. Bahkan pejabat setingkat Kapoldapun seolah tidak punyak hak untuk mengikutsertakan wartawan untuk bisa liputan di kawsan Freeport.

Sekitar pukul 09:00 WIT beberapa wartawan (Sun TV/RCTI, TV One, dan ANTV) berinisiatif menunggu hasil tim Gegana Detasemen B Polda Papua yang sejak malam pukul 02.00 setelah ledakan melakukan penyisiran di lokasi. Dengan cara menunggu di markas brimob yang berada di kawasan mile 32 Kwala Kencana.

Karena kami yakin barang bukti pasti dievakuasi ke markas tersebut, kami pun memutuskan untuk menunggu bahkan pada pukul 12:00 WIT kami sempat melakukan ibadah sholat Jumat di mesjid yang ada di markas tersebut. Sekitar pukul 13:00 kami melihat iring-iringan mobil rombongan Kapolda, Kapolres dan beberapa mobil dari departemen security PT Freeport. memasuki markas Detasemen B Brimob Polda Papua.

Kami berusaha mendekati konsentrasi iringan mobil tersebut.sekitar lima menit (13:05) kami berhasil mendekati konsentrasi tersebut dan melihat beberapa barang bukti berupa bom dan puing-puing yang diangkut dan di letakan di ruangan berbentuk gudang.yang tidak jauh dari areal parkir kendaraan milik Brimob. Kamipun langsung mengambil visual penjagaan puluhan anggota Brimob dan Gegana yang dilengkapi dengan senjata laras panjang. Kami juga mengambil visual dari berbagai sudut saat barang bukti berupa satua unit bom berbentuk mortir dan beberapa puing-puing akibat ledakan bom di dua titik.

Pengambilan visual berlangsung sekitar sekitar lima menit. Namun tiba-tiba seorang pejabat security PT Freeport yang heran melihat kehadiran para wartawan. melontarkan pertanyaan, "Lho ini wartawan kok ada disini atas ijin siapa?" Saat itu juga komandan Detasmen Brimob Kompol Yunus Wali menarik saya (M Yamin/RCTI), dan saya sempat bilang ijin komandan. Beliau meninggalkan saya. Tapi tiba tiba seorang Gegana dengan pakaian anti peluru lengkap menarik krah leher saya dengan bentakan dan diikuti oleh anggota Brimob lainnya.

Kamipun diamankan dan kamera kami dilucuti. Saat itu kamera diminta dan kaset diambil. Kami sempat minta untuk tidak dikerumuni. Biar kami bisa tenang tapi lontaran kata-kata yang tidak pantas keluar dari beberapa orang. Bahkan ada yang mengancam dengan mau memopor pake senjata. Kami cuma diam.

Semua tas kami diperiksa bahkan kawan dari TV One isi dompetnya juga digeledah satu per satu karena tidak punya ID Card wartawan. Di situ kami ditanyai macam-macam. Dengan dalih ini masalah sensitif. "Kau taunya cari berita aja, Kalau kami tembak kalian di sini kami bilang GPK bisa, karena ini markas kami." Kami diam saja. Dan beberap orang datang mengembalikan kamera kami.

Selanjutnya beberapa anggota minta alamat. dan mengancam kalau ada berita keluar yang aneh-aneh saya cari kau.

Kurang lebih sekitar dua puluh menit kami berhadapan dengan situasi itu. Kaden Brimob menghampiri saya dan berkata, O ya sudah adek… kamu boleh pulang.� Kami pun pulang.

Sekitar pukul 17:30 seluruh wartawan di Timika diundang untuk jumpa pers di Hotel Sheraton bersama Kapolda, dan saat jumpa pers kami mempertanyakan kejadian di Brimob. Beliau hanya bilang tidak tahu. Lalu kami sampaikan kalau kaset kami masih ditahan oleh anggota Brimob. Kapolda berjanji akan menghubungi komandan Brimob saat itu juga untuk mengembalikan kaset kami yang ditahan. Jumpa pers selesai sekitar pukul 18:10.

Karena Kapolda sudah berjanji kami menunggu kaset dari pihak Brimob, kami menunggu sekitar satu jam lebih. Seorang anggota polisi berpakain preman mengantarkan kaset kami yang ditahan. Setelah kami cek kaset secara fisik utuh dan tidak ada yang dirusak. Tapi saat kami preview semua liputan kami terhapus, alias hitam semua. Itu pasti dihapus dengan cara kaset di-rewind dan kembali di-record ulang namun lensa dalam keadan tertutup. Itu pasti.

Ini sangat menyakitkan apalagi yang dihapus semua yang berkaitan dengan areal Freeport , yang sebelumnya kami berinisiatif masuk jalan tikus yang digunakan para pendulang ilegal masuk ke areal Freeport, yang letaknya tidak jauh dari markas-markas militer termasuk markas Brimob Detasmen B di areal mile 32. Kamipun coba pertanyakan perihal penghapusan itu ke Kapolda via hand phone ia hanya mengatakan akan menayakan ke anggotanya dan minta maaf tanpa memberi solusi untuk menghargai jerih payah kami sebagi jurnalis untuk mengungkapkan fakta bagaimana gampangnya masuk ke area tambang Freeport bersama pendulang ilegal yang seluruh kebutuhan logistiknya disupport oleh semua kesatuan aparat baik dari TNI maupun Polri yang ada di kabupaten Mimika Papua.

Peristiwa yang kami alami ini semakin menunjukan betapa besarnya pengaruh dan hegemoni PT Freeport di Timika. Keberatan pihak security membuat pimpinan seperti Kapolres, Kapolda, dan Komandan Detasmen Brimob tunduk demi kepentingan jabatan mereka yang dijamin dengan berbagai fasilitas dari perusahan yang kontrak karyanya masih menjadi kontoversi sampai saat ini.

(M Yamin, Musatqim Nasir, dan M Taher)

Posting Komentar

1 Komentar

  1. ngerjain aja tuh tb, sudah capek2 bawa kamera...tapi anda2 beruntung lho bisa masuk bawa kamera dan sempat ambil gambar, setidaknya meski tanpa rekaman, anda bisa bikin sketsa diatas kertas, emosional sekali bukan? Oh ya mengikuti rombongan pendulang tailing darimana? sekali lagi, salut. Mau coba jalan kaki 9 hari 9 malam dari Jayawijaya ke Timika lewat belantara? ... tak perlu, bisa kena typus kecapekan seperti saya. Buat warga pendulang tailing, penghasilan 10-20 juta / hari membuat mereka rela melakukan itu, meski harus berbagi "uang keamanan" dengan aparat yang jaga disana.

    BalasHapus