A+

6/recent/ticker-posts

Catatan Kaki Mengunjungi Trade Expo 2010


Mahar, Penggemar Kerupuk, Pengunjung TEI2010
“Hasil TEI 2010 ini merefleksikan keberhasilan program revitalisasi yang telah kami terapkan sejak 2006 lalu. Peningkatan kualitas penyelenggaraan, termasuk peserta pameran dan buyers yang datang dan melakukan transaksi menghasilkan peningkatan nilai transaksi dibanding tahun lalu. Hal ini membuat kami semakin mantap menjalankan program revitalisasi tahap berikutnya yang akan diterapkan dalam pelaksanaan TEI 5 tahun mendatang, untuk mendukung terus meningkatkan ekspor nasional.” -Mahendra Siregar, Wakil Menteri Perdagangan.

Seperempat abad Trade Expo, pameran produk-produk unggulan dan potensi ekspor Indonesia yang dulu bernama Pameran Produk Ekspor-PPE, menjadi momentum dimana perkembangan seperempat abad ekspor nasional ditampilkan utuh dan menyeluruh. Ya, tiap tahun penyelenggaraan, selalu memunculkan primadona ekspor baik sebagai unggulan maupun dalam kategori potensial.

Media juga mencatat bahwa diversifikasi produk dan pasar telah dorong pertumbuhan ekspor tertinggi sepanjang sejarah yang terjadi dalam periode Januari-Agustus 2010. Ini tentu hal menggembirakan, pasalnya di rentang masa tersebut tak ada pameran ekspor secara khusus seperti Trade Expo ini, bukan tidak mungkin, hal tersebut terjadi sebagai efek dari TEI sebelumnya, di tahun 2009.

Hal menarik lainnya, dalam penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2010, ini menampilkan konsep ramah lingkungan, dari mulai pemberian nilai tambah pada limbah bekas sehingga bernilai ekonomis sampai ecoplast, produk plastic dengan teknologi oxobiodegradable yang memungkinkan mikroorganisme menghancurkannya secara total dan menguraikan di alam bebas hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun. Ini tentu terobosan berarti setelah sebelumnya berbagai kampus telah mencoba namun tak dapat diaplikasikan dan diproduksi massal karena alasan hi-cost.

Begitu juga dengan Anjungan Produk Utama (APU) dipenuhi dengan produk-produk kreatif dan inovatif serta green friendly. Bayangkan jika sampah kerang laut menumpuk, tentu akan menjadi masalah tersendiri bagi lingkungan. Namun berkat kreatifitas, sampah-sampah tersebut menjadi benda-benda bernilai ekonomi tinggi yang tak hanya menggoda pasar local, tapi bahkan sebagian besar marketnya tersebar di lima benua. Bahkan industri alat musik juga dihebohkan dengan saxwood, saxophone yang dibuat dari kayu yang telah digunakan di event akbar Java Jazz.

Trade Expo Indonesia 2010, seperti dalam 4 kali pameran sejak 2006 lalu, juga didampingi dengan Pameran Pangan Nusa yang menghadirkan citarasa kuliner Indonesia yang disiapkan untuk merambah pasar internasional, terutama makanan olahan dari hasil laut. Beberapa produk primadona muncul sebagai produk potensial ekspor, seperti Kerupuk Ikan Patin Kampar, Keripik Balado Ikan Teri Medan dan Keripik Balado Ikan Bilis “La-Rest”; Kerupuk Tengiri “Wowfood” dan produk makanan olahan lainnya.

Sebagai pameran yang “nebeng”, Pangan Nusa menjadi kurang optimal karena Trade Expo Indonesia adalah pameran B to B. Belum lagi ditambah dengan jam kunjung bagi umum yang dibatasi setelah jam empat sore. Mungkin, bukan sebuah Pameran sebesar Pangan Nusa yang dibutuhkan di Trade Expo, melainkan Paviliun Pangan yang menampilkan beragam produk makanan potensial ekspor; dan Pangan Nusa sendiri, berdiri sebagai sebuah pameran tersendiri, di lokasi dan waktu lebih tepat agar masyarakat lebih luas dapat ambil bagian sebagai peserta maupun pengunjung, disamping tetap ada forum B to B.

Pangan Nusa sendiri merupakan Pameran Pangan UKM Nusantara yang diselenggarakan pertama kali pada tahun 2006 diprakarsai Kementerian Perdagangan untuk ciptakan nilai tambah atas sumber daya alam melimpah di darat, laut, dan perairan lainnya yang merupakan bahan dasar produk kuliner dan makanan olahan. Pangan Nusa juga dimaksudkan untuk mengembangkan dan memasyarakatkan produk kuliner dan makanan olahan guna mendorong lahirnya produsen produk kuliner dan makanan olahan kelas internasional.


TEI Menuju Revitalisasi # 2

Trade Expo Indonesia sebagai pameran produk terbaik Indonesia dengan fokus B to B dan berskala internasional serta ditujukan bagi buyer asing, untuk tingkatkan transaksi dagang, serta mencari dan meningkatkan peluang pasar baru sambil mempertahankan pasar tradisional.

TEI dimulai pada tahun 1985 dengan nama Pameran Produk Ekspor Indonesia (PPE); dan dalam perkembangannya telah melakukan penyempurnaan penyelenggaraannya dengan Revitalisasi tahap pertama (2006-2010). Revitalisasi oleh Mendag Mari Pangestu ditujukan untuk menjadikan pameran sebagai sebuah kegiatan expo berkualitas, berstandar internasional, untuk mendorong lebih kuat ekspor nonmigas.

Dan kini, TEI tahun 2010 telah dilaksanakan dan akan menuju masa transisi ke program revitalisasi tahap berikutnya untuk mencapai visi pameran sebagai agenda internasional yang menyajikan produk dalam negeri berkualitas dan prestisius.

Trade Expo Indonesia (TEI) ke-25 dan Pameran Pangan Nusa ke-5 telah berlalu. Pameran ini mencatatkan hasil transaksi dan jumlah buyers yang melampaui target dengan perolehan transaksi bisnis sebesar US$ 369,3 juta, 29,4% lebih tinggi dibanding transaksi yang diperoleh pada TEI 2009 yakni sebesar US$ 285,4 juta, atau 23,1%  dari target senilai US$ 300 juta.

Sementara dalam transaksi barang, tercatat mencapai US$ 224,9 juta, atau lebih tinggi dari transaksi tahun 2009 sebesar US$ 223 juta. Ditambah dengan transaksi sector jasa mencatatkan nilai remitansi sebesar US$ 144,1 juta, serta transaksi dagang di Pameran Pangan Nusa tercatat sebesar US$ 326,9 ribu.

Nigeria menempati rangking teratas sebagai buyer tertinggi sebesar 4,4%, disusul Jerman 3,53%, Australia 3,5%, Korea Selatan 3,2% dan Spanyol 3,1%.

Jenis produk dengan transaksi tertinggi diperoleh dari furnitur 28,5%, suku cadang 11,6%, kerajinan 9%, dan food & beverages 6,4%.

Dari jumlah buyers yang berkunjung, hingga hari penutupan (17/10) sejumlah 8.092 kunjungan dari 102 negara dan 75% diantaranya adala pasar non tradisional. Ini meningkat dari tahun lalu yang mencapai 7.914 buyers. Tahun ini Australia menjadi negara asal buyers terbanyak, disusul Jepang, Singapura, UAE, serta India.

TEI 2010 merupakan tahap akhir dari revitalisasi tahap pertama yang telah dilakukan sejak tahun 2006 dengan tujuan menjadikan pameran ini sebagai pameran berkualitas dan berstandar internasional yang mendorong ekspor nonmigas. Pada revitalisasi tahap kedua periode 2011-2015, TEI akan difokuskan pada penguatan manajemen pengelolaan pameran serta peningkatan kualitas pelayanan kepada pemangku kepentingan. Penguatan pondasi manajemen pameran ditekankan pada penyediaan fasilitas yang memadai bagi peserta, buyers dan media, serta meningkatkan kualitas pelaksanaan pameran. Semua menjadi agenda utama pelaksanaan TEI  selama lima tahun mendatang untuk mencapai visi TEI sebagai agenda internasional yang menyajikan produk dalam negeri yang berdaya saing dan prestisius. Revitalisasi TEI tahap II periode 2011-2015 juga menggunakan logo tematis baru yang mempunyai makna sebagai penguatan fondasi dalam rangka peningkatan kreativitas. TEI 2011 yang menerapkan revitalisasi pameran tahap 2 akan dilangsungkan pada tanggal 19-23 Oktober 2011.

Sebagaimana rencana revitalisasi tahap 2 yang akan berlangsung dalam 5 tahun mendatang, TEI diharapkan akan terus melahirkan eksportir baru yang berpotensi. Hal ini tengah dipertimbangkan untuk diterapkan dalam pemberian Primaniyarta Award di tahun-tahun mendatang, dengan menampilkan kategori tambahan ‘Eksportir Baru’.

Pada Primaniyarta Award 2010, misalnya, ada kategori Pelaku Ekspor Ekonomi Kreatif yang dimenangkan oleh Global Deorub Internasional. GDI melakukan riset dan pengembangan produk asap cair  limbah produksi pabrik karet yang mampu menekan angka kontaminasi dimana kualitas mutu lingkungan sekitar semakin baik dengan hilangnya bau limbah. Formula asap cair (Deorub K) yang dihasilkan disosialisasikan dan diterapkan di 6 kabupaten kepada 16,000 petani. Hasilnya, mutu karet yang dihasilkan lebih baik, bekuan tidak berbau, ulat dan lalat berkurang dan aman bagi lingkungan tempat tinggal petani. Dengan penerapan hasil penelitian tersebut, GDI menjadi satu-satunya perusahaan karet di dunia yang menerapkan inovasi hasil penelitian secara komersial.

Sumber daya alam lainnya yang berhasil menembus pasar internasional adalah PT Ikafood Putramas, pemenang Primaniyarta Award 2010 kategori Pembangun Merek Global ini adalah perusahaan yang terkenal dengan produk KOKITA. Perusahaan ini cepat membangun reputasi sebagai spesialis dalam formula saus dan bumbu dasar resep tradisional Indonesia. Dibawah bendera Brataco Group di Indonesia, perusahaan ini berkomitmen menyediakan bumbu khusus dengan selera khas Indonesia. Berbasis di kota Bandung, Kokita telah menjadi ikon berbagai dapur rumah tangga maupun restoran di berbagai negara seperti Jepang, Korea, Malaysia, Saudi Arabia, Dubai, Australia, Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Norwegia dan Inggris.

Sebagaimana subtema ‘Remarkable Indonesia’, TEI 2010 berhasil menyajikan produk-produk Indonesia berkualitas dan berdaya saing dengan creative diference, hasil kreativitas bangsa yang didukung inovasi teknologi. Kekayaan alam dan keragaman budaya menjadi modal utama negara kita untuk bersaing di pasar internasional. Jika saat ini Indonesia berbangga menjadi ‘manufaktur’ dunia, maka tantangannya di masa depan adalah bagaimana Indonesia menjadi tempat diciptakannya produk-produk dunia. Indonesia harus lebih cermat, membuka wawasan dan tanggap terhadap perkembangan dunia.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu juga menyerahkan penghargaan kepada pemenang lomba makanan dan minuman UKM, dimana pesertanya datang dari seluruh provinsi. Pada kesempatan itu, Mendag juga menyampaikan ucapan selamat kepada 19 orang penerima penghargaan Unesco Award of Excellence For Handicrafts 2010 yang juga tampil di TEI 2010, sebagai produsen produk kerajinan unggulan yang memenuhi kriteria craftmanship sempurna yaitu orisinalitas, inovatif dan telah dipasarkan secara global sekaligus memenuhi persyaratan eco friendly dan memiliki social responsibility.

Dalam pelaksanaan TEI dan Pangan Nusa 2010 selama 5 hari telah dilakukan Forum TTI yang dimaksudkan untuk meningkatkan peluang pariwisata, perdagangan, dan investasi. Kegiatan Forum TTI termasuk Business Luncheon, Diskusi Regional, dan Klinik Bisnis. Di dalam Forum TTI dibahas antara lain pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara-negara berkembang lebih laju dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi dunia maupun negara maju. Saat ini daya saing Indonesia juga mengalami perkembangan pesat dan lebih baik dibanding tahun lalu, dimana 7 provinsi (Riau, Sulsel, Jabar, Jatim, Kaltim, NTB, dan Papua) dipromosikan sebagai regional champion untuk investasi asing. Selain itu dibahas pula diskusi interaktif tentang peluang pasar  Indonesia untuk melakukan ekspor ke mancanegara, serta kiat-kiat eksportir dalam memahami peluang dan hambatan, regulasi serta isu yang berkembang di negara tujuan, sekaligus cara untuk mewujudkan kesempatan tersebut.

Dalam hal sosialisasi kepada masyarakat luas terutama generasi muda, Humas TEI juga mengundang mahasiswa berbagai perguruan tinggi untuk melihat langsung penyelenggaraan pameran, diantaranya dari UBinus, Untar, Usakti, Unpar, Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) dan Prasetya Mulya. Dengan prgram ini diharapkan dapat menggugah kebanggaan dan kecintaan terhadap produk Indonesia karena menyajikan informasi sangat positif tentang produk dalam negeri dan kiprah produk Indonesia di pasar internasional.

* * *
Menyelenggarakan acara dengan stakeholder luas, tentu tak mudah. Berhasil di sisi lain masih ada saja yang kurang di sisi berbeda. Puas di satu hal, tidak puas di lain soal. Tak ada gading yang tak retak-tiada laku yang sempurna. Maka pada penyelenggaraan TEI di masa mendatang, mengawali revitalisasi TEI#2, agar menjadikan kekurangan dan pencapaian tahun ini sebagai bahan evaluasi. Agar dapat diminimalisir kekurangan penyelenggaraan dan ketidakpuasan stakeholder. 

Asmindo boleh berkata pameran ini gagal karena hanya sedikit peserta asosiasinya yang ikut, hanya sekitar 25% sementara furniture adalah unggulan dan menempati angka teratas dalam transaksi. Peserta dan pengunjung juga boleh berkata bahwa tahun ini tetap sulit mendongkrak target lebih tinggi karena lokasi tidak pas dan sulit dijangkau kendaraan selain juga harus melewati jalur macet. Pun dengan peserta Pangan Nusa, boleh bersuara sumbang karena pameran retail yang seharusnya mendapat pengunjung terbuka dan terjangkau masyarakat luas namun justru di arena pameran B to B. 

Dan menjadi catatan, agar dimasa mendatang diperhatikan juga peran lebih besar dari perbankan dan forwarder, konsep mengenai promosi dan kegiatan PR yang lebih panjang pra-pameran, agar semua peserta tercover dalam kegiatan promosi dan tidak menimbulkan ketimpangan dan ketidakmerataan, dimana ada yang dapat melakukan penjualan sangat bagus namun masih ada yang gigit jari. Tahun depan, tidak lagi, mungkin. Semoga. [Catatan Penggemar Kerupuk, Pengunjung TEI2010]

Posting Komentar

3 Komentar

  1. wakakak, fotonya keren, ini penggemar kerupuk atau penjual kerupuk?

    BalasHapus
  2. Maharrr... tulisanmu di kabarindonesia dan wikimu dihapus ya?

    BalasHapus
  3. siip...
    kalau bikin pemaran jangan di JIExpo dong, aksesnya susah, parkir emang luas, tapi untuk sampai lokasi harus muter2 kena macet. apalagi kalau produk2 retail, mending di JCC atau galeri UKM Kemenkop UKM.
    Pemerintah bikin tempat pameran dekat pelabuhan dong...

    BalasHapus