A+ [hoax] -
Keberangkatan tim investigasi dalam rangka mencari jati diri Joko
Widodo yang sebenarnya sengaja dirahasiakan demi alasan keamanan anggota
tim dan mencegah antisipasi dari pihak – pihak yang berada di balik
rekayasa pembentukan citra palsu tentang Joko Widodo atau Jokowi.
Rekayasa pembentukan citra palsu terkait Jokowi sudah dilakukan
secara intensif sejak Jokowi menjabat walikota Solo tahun 2005 lalu.
Jokowi mendapat kompensasi besar dari pihak tertentu atas ‘bantuannya’
terhadap operasi pemberantasan ‘terorisme’ di Solo yang dilancarkan
secara rahasia oleh intelejen AS dan oknum intelijen Indonesia.

Pada tahun 2008, Jenderal Luhut Panjaitan sepakat ‘bermitra usaha’ dengan Jokowi melalui patungan pendirian PT Rakabu Sejahtera. Luhut selaku pemegang saham minoritas menyetor modal Rp. 15.5 miliar dan Gibran Rakabuming (anak tertua Jokowi, berusia 20 tahun pada 2008 lalu) menyetor Rp. 16.2 miliar. Luhut masuk sebagai pemegang saham di perusahaan milik Jokowi itu melalui PT. Toba Sejahtera, Induk grup usaha milik Luhut. Apa hidden agenda Luhut Panjaitan mendekati Jokowi sejak 6 tahun lalu itu ? Nanti kami sampaikan temuan – temuan tim investigasi.
Begitu tiba di bandara Adi Soemarno Solo, tim langsung memesan taksi menuju Bantaran Kali Pepe, Munggung, Manahan Solo yang selalu disebut – sebut dalam daftar riwayat hidup Joko Widodo sebagai rumah pertama keluarga Joko Widodo yang jadi korban penggusuran.
Perjalanan dari Bandara Adi Soemarno ke Bantaran Kali Pepe, Munggung Manahan Solo sekitar 38 menit. Setiba di di Bantaran Kali Pepe, tim langsung bertanya – tanya kepada warga setempat mengenai lokasi rumah pertama Joko Widodo yang selalu dicantumkan di riwayat hidup Joko Widodo menjadi korban penggusuran pertama oleh Pemda Surakarta. Dari belasan warga Bantaran Kali Pepe, tidak seorang pun warga yang mengetahui lokasi rumah pertama orang tua Joko Widodo. Bahkan semua warga di sana tidak yakin keluarga Joko Widodo pernah bertempat di Bantaran Kali Pepe, Manahan, Banjarsari, Surakarta.
Setelah hampir 1 jam bertanya – tanya, akhirnya tim investigasi disarankan menjumpai seorang warga Bantaran Kali Pepe yang merupakan teman kecil Iriana, istri Joko Widodo.
Yuli Susanto, itulah nama warga Bantaran Kali Pepe yang merupakan teman masa kecil Iriana. Rumahnya tidak jauh, sekitar 200 meter dari mulut gang jalan masuk menuju bantaran kali. Sampai rumah dimaksud, tim disambut hangat oleh Pak Yuli dan istrinya. Anak – anak mereka sedang berada di luar, mengikuti ibadah kebaktian Minggu.
Setelah memperkenalkan diri, tim langsung menanyakan kebenaran informasi rumah pertama orang tua Jokowi yang disebutkan beralamat di Bantaran Kali Pepe. Yuli Susanto, pria berusia hampir 50 tahun itu mengatakan tidak benar orang tua Joko Widodo pernah tinggal di sekitar Bantaran Kali Pepe. Yuli mengenal Joko Widodo selama puluhan tahun, sejak Jokowi bersekolah dasar di SD 111 Tirtoyoso, Manahan, Solo.
Berdasarkan keterangan Yuli Susanto, orang tua Joko Widodo bertempat tinggal di Jalan Ahmad Yani persis di depan Pool Bus Damri. Tetapi rumah itu sekarang tidak lagi ditempati oleh keluarga Joko Widodo. Yuli menambahkan, semasa kecil Joko Widodo selalu main di rumah paklek (adik bapaknya) yang bernama Miyono, seorang pengusaha mebel yang rumahnya juga berada persis di pinggir jalan Ahmad Yani. Miyono menjalankan perusahaan mebelnya bernama CV Roda Jati.
Mengenai siapa kedua orang tua Jokowi, Yuli Susanto mengaku tidak mengetahui persis. Tetapi dia mengaku kenal baik dengan keluarga istri Jokowi, karena Iriana atau Ana adalah teman sebaya dan sepermainan. Ayah kandung Iriana adalah seorang guru SMA. Iriana atau Ana memiliki 4 orang saudara, masing – masing bernama : Anik, Anto, Andi dan Anjas.
Mengenai kehidupan Joko Widodo semasa kecil, Yuli Susanto mengatakan Jokowi adalah anak orang berada karena ayah dan pakleknya adalah pengusaha mebel terkemuka di daerah itu. Jokowi sering datang bermain ke rumah pamannya itu dengan bersepeda. Pada masa itu sepeda untuk anak – anak adalah barang mewah dan hanya dimiliki oleh anak orang kaya saja.
Masa kecil Jokowi, memang jarang terlihat di sekitar rumahnya, dia lebih suka bermain di sekitar rumah pakleknya (pamannya) di pertigaan Jalan Ahmad Yani dan MT Haryono. Keengganan Jokowi kecil bergaul bersama anak sebaya di sekitar rumahnya, karena dia kurang suka pada teman – teman sebaya tetangganya yang selalu memanggilnya “Joko Klemer”.
Ejekan “Joko Klemer” diberikan teman – temannya karena penampilan
Jokowi yang kayak perempuan atau kebanci – bancian. Perilaku ‘agak
menyimpang’ dari Jokowi ini dapat dimaklumi karena semua adik Jokowi
adalah perempuan. Masing – masing bernama Iit Sriyanti, Hidayati dan
Titik Ritawati. Ketiga adik perempuannya ini menjadi teman seharian
Jokowi semasa kecil hingga remaja di Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari,
Surakarta.
Karena ejekan “Joko Klemer” dari teman sebaya dan tetangganya itu, Jokowi atau Mas Joko jarang sekali bergaul di lingkungan tempat tinggalnya RT 03/14 dan lebih sering bermain di rumah Miyono pamannya di Jalan Ahmad Yani persis simpang jalan MT Haryono, Surakarta (Solo).
Tim Investigasi mohon pamit pada Pak Yuli Susanto setelah berbincang – bincang seputar diri Jokowi dan istrinya Iriana. Pak Yuli menawarkan diri mengantar kami ke rumah Jokowi yang berjarak hanya ratusan meter dari rumah Pak Yuli yang di gang bantaran kali Pepe, Munggung itu. Tawaran itu ditolak halus oleh tim, keterangan dari Pak Yuli Susanto sudah cukup jelas sebagai pedoman untuk mencari rumah Pak Widjiatno, ayah kandung Joko Widodo. Pak Yuli sebelumnya juga sudah berbaik hati menggambar denah lokasi rumah Widjiatno. Coretan itu disimpan tim, sekedar berjaga – jaga untuk dipergunakan bilamana perlu.
Meski menolak tawaran Pak Yuli mengantar ke rumah asal muasal dan tempat Joko Widodo dibesarkan, tim tak kuasa menampik ketika Yuli turut mengantar tim menyusuri gang keluar dari pinggiran bantaran kali Pepe, berbelok ke kiri hingga sampai di mulut gang simpang jalan Ahmad Yani. Dari depan mulut gang bantaran kali Pepe itu, persis di seberang jalan itu tampak rumah kediamanan Miyono, pengusaha Meubel pemilik CV Roda Jati, paklek atau adik almarhum Widjiatno ayah kandung Joko Widodo.
Rumah Miyono terlihat menonjol dibandingkan rumah – rumah lain di
sekitarnya. Rumah berwarna krim itu sangat besar dan tertutup tembok
cukup tinggi yang menjadi penghalang pihak luar untuk melihat ke sisi
dalam rumah. Tim investigasi menyeberangi jalan Ahmad Yani untuk
mendekati rumah dan mengintip ke dalam halaman rumah yang cukup luas
itu. Terlihat 4 (empat) mobil mewah berada di garasi mobil yang dibangun
di sisi kanan halaman rumah.
Di sebelah kanan rumah itu, terdapat sebuah rumah yang dibatasi tembok tunggal dan pagar yang sama model bentuk dan warna catnya dengan rumah Miyono. Menurut pedagang warung kopi di seberang jalan depan rumah Wiyono, pemilik rumah yang berdempetan dengan rumah besar Miyono itu, juga adalah milik keluarga Miyono. Kemungkinan rumah itu milik anak Miyono yang sudah berkeluarga, mengingat bentuk rumah, pagar dan catnya semua sama dengan rumah Miyono. Rumah sebelah itu luasnya sekitar tiga perempat luas rumah Miyono dan di depan rumah terpampang plank 1 x 1/2 meter bertulisan “Menjual Berbagai Jenis Oleh – Oleh Dari Tanah Suci – Mekah”.
Tim investigasi mencoba menengok ke sisi dalam kedua rumah yang mirip bentuk, model dan warna catnya itu. Sepi. Tidak terlihat seorang pun di dalam ke dua rumah itu. Hanya jejeran mobil mewah parkir di garasi halaman rumah. Menurut, penjual warung kopi di seberang jalan rumah, sebulan terakhir ini penghuni rumah jarang terlihat di dalam rumah. Hanya petugas pengamanan berseragam yang sesekali terlihat berada di dalam pos penjagaan yang terletak di sisi kiri rumah utama, persis di bagian depan dalam pintu masuk rumah.
Rencana tim investigasi masuk ke dalam rumah Miyono yang terletak persis di pertigaan Jalan Ahmad Yani – MT Haryono itu kandas karena tak seorang pun dapat dimohonkan izinnya dan tak terlihat tanda – tanda penghuni bangunan besar yang cukup mewah itu ada di dalam rumah.
Dengan menumpang kembali taksi bandara yang masih setia menunggu, dari depan rumah Miyono, tim bergerak meluncur ke rumah Widjiatno di kawasan Tirtoyoso, Manahan. Sesuai petunjuk Pak Yuli, rumah itu berada di sebelah kiri jalan Ahmad Yani. Setelah melewati dua pertigaan kecil, tim investigas tiba di pertigaan jalan persis di depan Pool Bus Damri. Tim meminta supir berbelok ke kiri jalan yang menuju ke arah stadion Manahan Solo itu. Seratus meter dari pertigaan jalan masuk tadi, ada persimpang tiga lagi. Kami turun dari taksi dan berjalan kaki menelusuri satu per satu rumah di sekitar itu sembari mencari – cari warga yang dapat diminta informasinya mengenai rumah keluarga Widjiatno, ayah kandung mantan walikota Solo, Joko Widodo.
Sasaran atau target utama tim investigasi adalah warga Tirtoyoso yang berusia di atas 50 tahun, yang potensial merupakan bekas teman sepermainan Jokowi dan atau mengenal persis siapa dan bagaimana Jokowi sewaktu belia. Melalui penjaga warung kecil di depan salah satu rumah warga, kami mendapat informasi rumah lama keluarga Widjiatno persis di belakang salah satu rumah warga yang saat itu terlihat ramai karena sedang berlangsung acara ibadah kebaktian Minggu. Kami segera mendatangi rumah warga yang hanya berjarak 30 meter dari warung kecil itu.
Kebetulan acara ibadah Kebaktian Minggu sudah selesai dan suasana di dalam rumah terdengar riuh dengan suara tawa dan perbincangan jamamaah. Setelah mengucapkan salam dan menyapa sebagian tamu yang duduk di teras depan rumah itu, kami dipersilahkan masuk ke halaman rumah dan dipersilahkan dengan hangat duduk di teras oleh tuan rumah, seorang ibu lewat paruh baya yang berusia sekitar 50 tahun. Setelah berbasa basi sebentar, kami bertanya tentang lokasi rumah Pak Widjiatno, ayah kandung Gubernur DKI Jakarta, yang sekarang sedang mencalonkan diri jadi presiden Indonesia.
Dari keterangan Ibu Soenarso, tuan rumah acara kebaktian itu, kami mendapatkan informasi bahwa rumah keluarga Joko Widodo persis berada di belakang rumahnya. Sisi belakang rumah keluarga Sunarso itu berdempetan dengan sisi belakang rumah keluarga Widjiatno yang menghadap ke jalan besar atau jalan raya Ahmad Yani.
Menurut Bu Sunarso dan para tamu yang hadir di rumah itu, keluarga Widjiatno sudah cukup lama tidak menempati rumah miliknya karena sudah pindah ke daerah Sumber, yang berlokasi cukup jauh, sekitar 4 kilometer dari rumah pertama mereka. Rumah keluarga almarhum Widjiatno itu sekarang dihuni oleh orang lain yang diduga masih merupakan kerabat dan ditugaskan khusus untuk menjaga rumah itu.
Salah seorang tamu di rumah Keluarga Soenarso, yang bernama Pak Wiyono mengaku mengenal baik almarhum Widjiatno, ayah kandung Jokowi. Pak Wiyono yang berusia 78 tahun itu adalah tetangga dekat eyang atau kakek kandung Jokowi yang merupakan lurah di Kragan, Karanganyar, Surakarta.
Dari keterangan Wiyono, tim mendapat informasi bahwa kakek Jokowi dijuluki “Lurah Dongkol” karena menjabat sebagai lurah selama puluhan tahun dan tidak pernah diganti hingga meninggal dunia. Wiyono mengenal baik ayah kandung Jokowi hingga sekitar tahun 1980an. Dia jarang bertemu ayah kandung Jokowi itu sejak Widjiatno pindah dari rumah ayahnya di Kragan, ke rumah barunya di Tirtoyoso, Manahan Solo.
Tim investigasi sayangnya tidak bisa lama berbincang dengan Pak Wiyono karena terus didesak oleh Bu Soenarso untuk segera menjumpai Pak Margono, mantan ketua RT 03 yang sejak tahun 1990 hingga sekarang menjabat selaku ketua RW 14, Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta. Menurut Bu Soenarso, Pak Margono adalah orang yang paling tahu dan mengenal keluarga Widjiatno dan Jokowi karena sejak tahun 1977, Margono sudah menjadi warga RT 03 dan menjabat Ketua RT sejak tahun 1983.
Pak Margono, sesepuh warga Tirtoyoso, mantan ketua RT 03/14 dan
sekarang menjabat ketua RW 14 Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta.
Setiba di depan rumah tinggal Pak Margono, tim mengucapkan salam dan menyerukan nama Pak Margono. Rumah berpagar besi cat hijau itu terlihat sepi. Pintu pagar tergembok, namun pintu dan jendela rumahnya terbuka, menandakan ada penghuni di dalamnya.
Setiba di depan rumah tinggal Pak Margono, tim mengucapkan salam dan menyerukan nama Pak Margono. Rumah berpagar besi cat hijau itu terlihat sepi. Pintu pagar tergembok, namun pintu dan jendela rumahnya terbuka, menandakan ada penghuni di dalamnya.
Sekitar du menit menunggu, muncul keluar seorang tua dengan senyum ramah mempersilahkan masuk sembari bergegas membuka gembok pagar rumah. Kami pun kemudian masuk dan dipersilahkan duduk di kursi di teras rumah Ketua RW itu. Pak Margono menjelaskan rumahnya terlihat sepi karena anak – anaknya sudah berkeluarga dan pindah ke kota lain.
Setelah memperkenalkan diri, tim mulai bertanya dan mengorek
informasi tentang keluarga almarhum Widjiatno dan fakta – fakta seputar
kehidupan Joko Widodo alias Jokowi.
Pak Margono menjelaskan bahwa tim kami ini adalah tamu kedua yang mendatangi rumahnya dan bertanya – tanya tentang keluarga besar Jokowi. Sebelum kami, Pak Margono dikunjungi wartawan dari Solopos. Beliau menyatakan keheranannya kenapa informasi atau berita yang beredar tentang diri Jokowi dan keluarganya sama sekali berbeda dengan kenyataan sebenarnya.
Pak Margono adalah pensiunan guru PNS. Dia dan keluarga pindah, menjadi warga RT 03/RW 014 Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta (Solo) sejak tahun 1977. Dia mengenal baik hampir semua warganya, termasuk Jokowi yang terakhir datang ke rumahnya sekitar setahun lalu dalam rangka meminta surat pengantar Ketua RW untuk suatu keperluar Gibran Rakabuming, anak tertua Jokowi.
Tim investigasi memulai pertanyaan dengan meminta konfirmasi apakah benar rumah di Jalan Ahmad Yani, persis di depan pool bus Damri adalah rumah alm Widjiatno, ayah kandung Joko Widodo. Pak Margono membenarkan informasi itu dan menegaskan bahwa hingga sekarang ini, rumah itu tetap masih merupakan rumah milik keluarga besar Joko Widodo.
Ketua RW 14 Manahan Solo itu, membantah jika disebutkan rumah alm Widjiatno itu telan dijual. Menurutnya, jika rumah itu sudah dijual, tentu sebagai Ketua RW, pihaknya mengetahui secara pasti. Mengingat setiap transaksi jual beli rumah harus melampirkan surat keterangan dari Ketua RW setempat. Menurut beliau, rumah bekas kediaman keluarga Jokowi itu sekarang ditempati oleh orang lain, diduga masih merupakan kerabat keluarga Jokowi.
Pak Margono menegaskan bahwa Joko Widodo tidak pernah memiliki nama kecil Mulyono atau Mulyatno. Dari dulu nama Joko Widodo adalah Joko Widodo, biasa dipanggil Mas Joko.
Mengenai agama Joko Widodo dan keluarganya, sesuai catatan RT dan RW serta KTP yang diterbitkan kelurahan Manahan, kecamatan Banjarsari, Surakarta, agama Joko Widodo adalah Islam. Meski begitu, Pak Margono mengaku seumur hidupnya selama tinggal di Tirtoyoso, Manahan, Joko Widodo tidak pernah terlihatnya mengerjakan Shalat sebagaimana lazimnya umat islam.
Keterangan Margono dan tetangga Jokowi itu menjawab pertanyaan besar mengenai agama Jokowi selama ini. Jokowi beragama Islam tapi dipastikan baru akhir – akhir ini dia mengerjakan shalat. Terbukti dengan ketidakpahaman Jokowi mengenai tata cara bersuci (berwudhu) dan tata cara shalat berjamaah.
Ayah Jokowi bernama Widjiatno dan Ibunya bernama Sudjiatmi berasal berasal dari desa Giroroto, Boyolali, sekitar 12 kilometer dari Solo dan Klaten, yang dikenal dengan nama daerah segitiga Solo – Boyolali – Klaten. Sejarahwan menyebut daerah itu sebagai pusat atau basis gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di era 1960an. Apakah ini sebabnya Jokowi selalu rahasiakan asal usul kedua orang tuanya ? Wallahualam bissawab.
Ketika sedang kampanye pilkada DKI Jakarta tahun 2012 lalu, Jokowi sempat diberitakan berbagai media salah dalam melaksanakan wudhu ketika hendak shalat Jumat di sebuah mesjid kelurahan Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, di mana setelah membasuh muka, Jokowi langsung membasuh kaki.
Demikian juga ketika Jokowi menjadi imam dalam shalat zuhur berjamaah, Jokowi menjaharkan (mengeraskan suara) ketika membaca surat al fatihah. Disangkanya, adab shalat zuhur sama dengan shalat Jumat.
Sebuah pernyataan menggelikan juga dilontarkan Jokowi ketika diminta untuk jadi imam shalat berjamaah bersama Jusuf Kalla minggu lalu. Jokowi yang diminta jadi imam oleh Jusuf Kalla, menjawab, ” Saya kira Pak JK tadi berwudhu”. Pernyataan Jokowi itu sempat membingungkan JK dan orang – orang yang mendengarnya.
Jokowi atau Mas Joko juga sangat jarang bergaul dengan tetangga atau bermain dengan teman – teman sebayanya di sekitar rumah tinggalnya. Joko tidak pernah ikut terlibat dalam kegiatan remaja, Karang Taruna dan kegiatan – kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya di kawasan Tirtoyoso, Manahan.
Ketika ditanya pendapat beliau, kenapa atau apa kira – kira yang menjadi alasan Joko enggan bergaul dengan tetangga sekitarnya, Pak Margono menjawab dirinya tidak tahu persis.
“Saya tidak tahu persis kenapa. Setahu saya, Joko itu anak rumahan. Kegiatan masa remaja mas Joko hanya di rumah dan sekolah. Joko lebih sering terlihat bermain – main dengan adik – adinya yang semuanya wanita,” jelas Margono kepada tim investigasi pada hari Minggu 25 Mei 2014 lalu.
Mengenai tudingan bahwa Joko Widodo itu keturunan cina, dibantah oleh Pak Margono. “Itu tidak benar. Almarhum Widjiatno atau sekarang disebut orang sudah diganti dengan nama panggilan Noto Mihardjo adalah pribumi asli. Wong Jowo kok. Eyang Kakung (eyang laki – laki) Joko itu lurah Kragan, Karanganyar. Ga mungkin jadi lurah tempo dulu kalau beliau itu cina,” tegas Pak Margono. Dia heran tak habis pikir kok ada tudingan Jokowi dan keluarganya adalah keturunan cina.
Latar belakang Jokowi yang diberitakan miskin atau dari keluarga tidak mampu, juga dipertanyakan Pak Margono. Dia tidak mengerti kenapa bisa muncul berita itu. Ayah Joko Widodo bernama Widjiatno termasuk pengusaha meubel yang sukses, meski pada saat itu belum sesukses Jokowi ketika mengambilalih dan mengelola usaha peninggalan ayahnya.
Dengan lancar dan yakin, Pak Margono menerangkan bahwa Widjiatno yang dikenalnya baik itu masih hidup atau belum meninggal dunia ketika Jokowi menikah dengan Iriana. Pak Margono bahkan menjelaskan dirinya sempat berfoto bareng bersama Pak Widjiatno ketika pesta perkawinan Joko Widodo – Iriana dilangsungkan. Sayangnya, ketika tim investigasi meminta diperlihatkan foto tersebut, Pak Margono yang sudah berusaha mencarinya, gagal menemukan foto itu. Ternyata, album foto-foto perkawinan Joko Widodo yang diselenggarakan secara cukup mewah pada jamannya itu, terbawa oleh putra Pak Margono yang sekarang tinggal di Tegal, Jawa Tengah. Beliau berjanji akan memintanya kembali agar dapat diperlihatkan ketika kami mampir lagi ketika melakukan investigasi tahap kedua pada bulan depan.
Rasa penasaran terhadap latar belakang kehidupan Jokowi membawa langkah tim investigasi menuju lokasi pabrik PT. Rakabu Sejahtra yang didirikan Jokowi pada tahun 2009 bersama Jenderal Purn. Luhut Binsar Panjaitan. Belum diketahui pasti kapan persisnya dan apa sebabnya terjalin hubungan erat antara Jokowi dengan Luhut Binsar Panjaitan.
Dari data yang ditemukan, Luhut dan Jokowi sepakat mendirikan
perusahaan bersama di mana Jokowi menjadi pemegang saham mayoritas
sebesar 51% dengan setoran modal Rp 16,19 miliar atas nama anaknya
Gibran Rakabuming yang saat itu baru berusia 20 tahun. Sedangkan Luhut
tercatat sebagai pemegang saham minoritas sebesar 49% dengan setoran
modal Rp 15,5 miliar pada PT Rakabu Sejahtra. Kemitraan usaha Jokowi dan
Luhut Panjaitan ini entah apa sebabnya selalu disembunyikan atau
dirahasiakan mereka dari publik.
PT Rakabu Sejahtra memiliki pabrik yang berlokasi di Solo, Jawa
Tengah. PT. Toba Sejahtra memiliki saham minoritas dalam pabrik yang
memproduksi berbagai furnitur olahan kayu dalam bentuk rangka pintu,
lantai, dan lain-lainya ini. Produk-produk tersebut banyak dijual untuk
pasar ekspor. Pabrik dan gudang PT Rakabu ini tercatat dua kali terbakar
pada tahun 2012 lalu. Kebakaran pertama pada tanggap 26 Juli 2012
dengan kerugian sekitar Rp 400 juta dan kebakaran kedua pada tanggal 12
September 2012 dengan kerugian ditaksir Rp 80 juta. Masing – masing
penyebab kebakaran tersebut hingga kini masih misterius.
Tak pelak lagi, Luhut Panjaitan adalah tokoh yang selama ini menjadi
mentor dan pembimbing Jokowi. Sesuai dengan tulisan yang pernah
dipublikasikan majalah DETIK pada tahun 2012 lalu, Luhut adalah orang
yang membujuk Jokowi agar bersedia mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI
Jakarta.
Berdasarkan informasi yang kami terima, sudah sejak lebih 3 tahun
tahun lalu Jokowi dipersiapkan sejumlah jenderal yang bergabung di PT
Toba Bara Sejahtera, perusahaan yang didirikan Luhut dan sejumlah
pensiunan jenderal, untuk digadang – gadang menjadi Gubernur DKI Jakarta
dan Presiden RI.
Untuk memuluskan rencana itu, Luhut meminta anggota Tim Begawan,
lembaga kajian bentukan Luhut, untuk melakukan survei terkait wacana
pengusungan Jokowi sebagai cagub di Pilkada DKI Jakarta. Ternyata,
Jokowi mendapat dukungan berarti dari responden.
Luhut diketahui sering mengundang Jokowi datang ke lantai 17 gedung
Wisma Bakrie 2 Jalan HR Rasuna Said yang merupakan kantor PT Toba Bara
Sejahtera, perusahaan yang didirikan Luhut bersama beberapa pensiunan
jenderal TNI. Dalam setiang kesempatan datang ke kantor Luhut, mereka
berdiskusi dengan para pensiunan jenderal kolega Luhut, antara lain Jend
(Purn) Fachrul Razi mantan Wakil Panglima TNI , mantan Sekjen Dephan
Jend (Purn) Jhoni Lumintang, mantan Kodiklat TNI Letjen TNI (Purn)
Sumardi, Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Mayjen TNI
(Purn) Zaenal Abidin, mantan Ka BAIS Mayjen (Purn) Ansyori Tadjudin.
Jadi sebenarnya, Jokowi ini sudah lama dipersiapkan menjadi ‘proxy’
sejumlah mantan jenderal yang ingin berkuasa melalui Jokowi.
Bagaimana keterlibatan James Riady, Edward dan Edwin Suryawidjaja,
Hartono, Antony Salim, Tommy Winata dan hampir seluruh konglomerat
tionghoa, serta peran strategis Stanley Berhard Greenberg sang ahli
pollster dan konsultan politik nomor satu dunia dalam pemenangan Jokowi
pada pilkada DKI Jakarta dan dukungan penuh mereka terhadap Jokowi
sebagai capres pilpres 2014.
Benang merah keterlibatan Robert Budi Hartono (pemilik grup usaha
Bank BCA dan Rokok Djarum, keluarga terkaya No. 1 di Indonesia versi
majalah Forbes) dan keluarganya (Viktor, Martin dan Armand Hartono)
dalam mendukung Joko Widodo menjadi capres boneka terlihat jelas pada
kolusi antara Jokowi dengan salah satu perusahaan PT Loka Niaga
Adipermata (salah satu perusahaan milik keluarga Hartono) di proyek
pengadaan reklame Videotron Manahan, Solo, pada tahun 2008 lalu.
Surat dari PT Loka Niaga Adipermata (LNA) kepad Walikota Solo Joko
Widod pada tanggal 15 Desember 2008 tentang permohonan kesediaan LNA
mengikuti lelang proyek Reklame Videotron langsung diberi disposisi oleh
Jokowi untuk segera dijawab dan diberi atensi khusus oleh Kadispenda
Solo Budi Suharta. Dan pada tanggal 19 Desember 2008, Kadispenda Solo
mengirim surat balasan kepada LNA perihal Rekomendasi Untuk LNA
didaftarkan sebagai Peserta Lelang Terdaftar pada Pemerintah Kota Solo.
Kolusi Jokowi dan Hartono (LNA) itu menghasilkan keputusan LNA
sebagai satu – satunya peserta lelang VIDEOTRON dan dinyatakan sebagai
pemenang lelang, dengan melanggar semua aturan perundang – undangan yang
berlaku.
Bukti kedua keterlibatan keluarga Hartono dalam penggalangan dukungan
terhadap Jokowi sebagai presiden boneka, terlihat pada saat Pilkada
gubernur DKI Jakarta di mana staf Hartono di Bank BCA yaitu Kevin Wu
bersama Benny Chandra Ketua Persatuan Tionghoa Indonesia, Lia Angraeni
utusan Antoni Salim (Indofood / Salim Grup), Jhonny Liem Ketua Asosiasi
Pengusaha Elektronik Indonesia, Hermawi Taslim, Rudi Hartono dan sekitar
50 pengusaha cina Indonesia, pada 15 September 2012 berkumpul di Panini
Cafe, Kuningan, Jakarta Selatan dalam rangka penggalangan dana tambahan
untuk pemenangan Jokowi pada Pilkada Gubernur DKI Jakarta.
Pertemuan ini adalah pertemuan ketiga, setelah sebelumnya mereka juga
berkumpul dan telah mengumpulkan uang ratusan miliar rupiah untuk
membantu pemenangan Jokowi.
- Muchtar Riady, James Riady, John Riady (Keluarga besar Riady)
Keterlibatan keluarga besar Riady pendiri dan pemilik Grup Lippo dan
Grup First Media pada rencana menjadikan Joko Widodo sebagai capres
boneka berawal dari permintaan Luhut Panjaitan cs kepada James Riady
untuk mempertimbangkan Jokowi sebagai calon presiden yang dapat didukung
karena profil Jokowi sangat sempurna dalam memperjuangkan kepentingan
mereka terkait pengembangan bisnis, politik dan agama (kristen) di
Indonesia.
Peran James Riady sangat penting karena status James Riady sebagai
agen intelijen China (sama seperti Ayahnya : Muchtar Riady), dan
sekaligus merupakan teman karib Bill Clinton (mantan presiden AS) serta
anggota paguyuban elit Arkansas Connection, di mana Bill dan Hilary
Clinton sebagai tokoh utamanya di samping beberapa elit politik AS,
seperti John Kerry (Menlu AS), Rahm Emmanuel (Kepala Staf Gedung Putih)
Stanley Berhard Greenberg (konsultan politik nomor 1 dunia) dan lain
lain sebagai anggota Arkansas Connection.
Keberhasilan Luhut Panjaitan dan Hendropriono menarik James Riady
menjadi pendukung utama Jokowi memberikan kekuatan yang luar biasa untuk
mewujudkan tujuan mereka : Jokowi sebagai capres boneka.
Melalui James Riady, Greenberg dapat dilibatkan menjadi konsultan
politik Jokowi, dan para konglomerat cina Indonesia termasuk para
konglomerat koruptor BLBI dan buronan Pemerintah RI. Konglomerat –
konglomerat koruptor BLBI di Singapura telah menyumbang Jokowi untuk
pemenangan pilkada DKI sebesar US$ 50 juta (Rp 600 miliar) dalam dua
tahap.
Luhut Panjaitan cs juga berhasil menarik keluarga Suryawidjaya
(mantan orang terkaya nomor 2 di Indonesia) untuk bergabung bersama
mereka mendukung capres boneka Jokowi. Keberhasilan ini sangat berarti
karena ada jaminan logistik (uang) dan jaringan media.
Dan tidak kalah penting adalah bergabungnya Sang Taipan, Toako (Kakak
Besar) para konglomerat cina Indonesia yakni Antoni Salim (putra Liem
Sioe Liong, Salim Grup, mantan konglomerat terkaya Nomor 1 di
Indonesia).
Sinergi hampir seluruh kekuatan politik dan bisnis komunitas cina
Indonesia membuat Jokowi saat itu dijuluki “unstoppable man”. ini juga
yang akhirnya mengantarkan para elit PDIP bekerjasama dengan Partai
Komunis China (PKC) melalui program studi banding ke China yang
difasilitasi oleh James Riady pada tahun 2012 dan 2013 lalu. Sejumlah
elit PDIP belajar ke PKC China sebelum akhirnya dihentikan karena
terbongkar ke publik dan mendapat banyak kecaman dari rakyat Indonesia.
Kolaborasi komunitas cina Indonesia kemudian menjadi hampir sempurna
ketika kelompok bisnis dan jaringan Tommy Winata juga menyatakan
bergabung dengan komunitas cina ini, mendukung rencana besar konspirasi
global menjadikan Joko Widodo sebagai capres boneka mereka.
Unsur konspirasi global, selain PKC China, arkansas connection, juga
terdapat China Connection Dunia yang menyatakan mendukung Jokowi. Salah
satunya, adalah Thaksin Shinawarta yang menyatakan dukungan kepada
Jokowi melalui mantan penasihat politiknya Liem Siok Lan atau Justani,
mantan aktivis ITB dan istri mayjen purn Suarip Kadi yang juga diketahui
terkoneksi dengan CIA.
Rencana pengambilalihan kedaulatan Indonesia (neokolonial) komunitas
cina Indonesia, atau “penjajahan model baru” terhadap NKRI melalui
Presiden Boneka Jokowi ini benar – benar sangat mengkhawatirkan masa
depan dan keselamatan negara Indonesia.
Secara ringkas, dapat dituangkan skema rencana mereka seperti gambar di bawah ini :
Tak kurang dari Menlu AS John Kerry, Menlu Inggris William Hague,
Ketua Hubungan Dagang Indonesia – AS David R Greenberg dan Duta Besar
Israel untuk Indonesia, untuk menyatakan dukungannya kepada Jokowi.
Sementara itu, Dubes AS untuk Indonesia terus menerus mengamati
perkembangan politik dan memberikan laporan ke Washington DC terkait
rencana besar konspirasi global menjadikan Jokowi sebagai capres boneka.
Joko Widodo terpilih sebagai tokoh yang akan diorbitkan konspirasi
global untuk menjadi presiden boneka dikarenakan profil dan karakter
Jokowi sangat ideal, serta diyakini setia dan bersedia sepenuhnya
menjalankan dan mengamankan kepentingan negara – negara asing dan
kelompok pendukungnya, bilamana dia terpilih menjadi presiden
Indonesia.
Profile dan karakter Joko Widodo berdasarkan penilaian pihak Asing, Aseng dan Antek (konspirasi global) sebagai berikut :
- Jokowi tidak memiliki sikap nasionalisme dan patriotisme
- Jokowi tidak mempunyai jiwa dan semangat setia dan bela negara
- Jokowi tidak punya visi dan misi terkait posisi dan sebagai jabatannya selaku pejabat negara.
- Jokowi telah terbukti sebagai sosok yang patuh, loyal, nurut dan bersedia menjalankan apa pun yang diarahkan oleh para pembina / mentornya, sejak tahun 2008 lalu.
- Jokowi merupakan aset yang sempurna bagi para sponsornya
- Jokowi bersuku jawa yang secara tidak resmi dianggap sebagai calon ideal sebagai presiden RI
- Jokowi merupakan tokoh sempurna untuk menjalankan skenario yang telah disiapkan oleh Stanley Benhard Greenberg.
- Jokowi tidak punya agenda atau kepentingan pribadi tersembunyi yang berbeda atau berlawanan dengan kepentingan para sponsor, pendukung dan donaturnya.
- Jokowi merupakan wayang sempurna di mata para dalangnya.
Bagaimana dengan tudingan bahwa Jokowi terlibat korupsi proyek
pengadaan bus Trans Jakarta dan bus reguler tahun anggaran 2013 bernilai
total Rp 1.5 triliun? Mari kita ungkap fakta – fakta hukumnya.
- Michael Bimo Putranto pemilik perusahaan yang ditunjuk sebagai pemenang dalam lelang proyek pengadaan bus TJ tersebut adalah pengusaha baru dikenal di lingkungan pemda DKI Jakarta. Sebelum tahun 2012 tidak ada pejabat DKI Jakarta mengenal Bimo Putranto, apalagi sampai menjadi rekanan dan ditunjuk sebagai pemenang lelang proyek pengadaan di Pemda DKI Jakarta.
-
Berdasarkan kesaksian Udar Pristono mantan Kepala Dishub DKI Jakarta
pada Berita Acara Pemeriksaan (BAP) disebutkan bahwa Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo, pada tahun 2012 pernah memanggil Udar ke ruang
kerja Gubernur. Setiba di ruang kerja Gubernur, Jokowi memperkenalkan
Bimo Putranto kepada Udar. Selanjutnya, Udar diminta bantuannya oleh
Jokowi untuk mengamankan kepentingan Bimo Putranto yang terkait dengan
Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
-
Joko Widodo pada hari Senin, tanggal 23 Desember 2013 mengunjungi
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dalam rangka menyambut kedatangan
86 Bus Impor ex China, yang merupakan bagian dari total 657 unit Bus
Impor dari China yang dipesan oleh Bimo Putranto, sahabat dekat dan
timses Jokowi sejak di Solo dulu.
-
Jokowi selaku Gubernur Jakarta pro aktif terlibat dalam permohonan
pembebasan bea masuk dan penghapusan pajak penjualan barang mewah atas
656 bus (310 unit bus untuk Trans Jakarata dan 346 unit Bus Reguler)
hingga nol persen, yang diajukan Jokowi secara resmi ke Menteri
Keuangan.
-
PT Ifani Dewi yang direkomendasikan Jokowi untuk ditunjuk sebagai
pemenang lelang pengadaan bus TJ dan Reguler ternyata adalah perusahaan
fiktif. menurut informasi yang diperoleh dari Layanan Pengadaan Secara
Elektronik (LPSE), PT Ifani Dewi tercatat memiliki alamat di Jalan Tebet
Barat Dalam Raya Nomor 153 A, Jakarta Selatan. Saat dilakukan pencarian
langsung ke lapangan, ternyata nomor 153 A tidak tercatat di wilayah
Jalan Tebet Barat Dalam Raya. Ketika akhirnya ditemukan, kantor PT Ifani
Dewi hanya berupa bangunan kecil dihuni dua orang pegawai.
-
Berdasarkan perkembangan pelaksanaan lelang, ada lima perusahaan yang menjadi pemenang.
-
PT Korindo Motor dengan pabrikan China Yutong Bus, nilai kontrak Rp 113,856 miliar yang menggunakan nomor bus TJ 01-30.
-
PT Ifani Dewi dengan pabrikan China Ankai, nilai kontrak Rp 110,520 miliar dengan nomer TJ 31-60
-
PT Saptaguna Dayaprima dengan pabrikan China Ankai, nilai kontrak Rp 108,745 miliar Nomor bus TJ 61-90.
-
PT Mobilindo Armada dengan pabrikan China Zhongthong Bus, nilai kontrak Rp 110,265 miliar
-
PT Putriasi Utama Sari dengan pabrikan China BCIBus, nilai kontrak Rp 40,536 miliar.
Fakta Selanjutnya : Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, setiap proyek yang
bernilai di atas Rp 100 miliar harus diketahui dan ditandatangani
gubernur.
Sementara itu, Michael Bimo Putro diketahui sebagai importir Bus yang
didatangkan dari China tersebut, dan merupakan salah satu dari
perusahaan pemasok bus kepada lima perusahaan yang telah ditetapkan
sebagai pemenang lelang di Dishub DKI Jakarta.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Azas Tigor Nainggolan
mengatakan, Michael Bimo Putranto pernah mewakili Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo menghadiri seminar tentang penerapan sistem bus rapid
transit(BRT) di Guangzhou, China, 31 Oktober-3 November 2013.
Menurut Tigor, Bimo Putranto merupakan pria yang dekat dengan Jokowi.
Ia merupakan makelar proyek pengadaan bus berkarat transjakarta.
Berdasarkan pengakuan Bimo dan Udar Pristono, Bimo disebutkan sebagau
utusan Gubernur Jokowi dan kenal dekat Pak Jokowi.
Sebelumnya, Bimo memang mengakui jika ia pernah berkunjung ke China
menjelang akhir tahun lalu. Namun, kunjungan tersebut bukan dalam rangka
berkunjung ke pabrik bus Ankai di Hefei. Ankai merupakan produsen bus
transjakarta yang terletak di Hefei, Provinsi Anhui.
Bimo Putranto disebut – sebut telah memberikan mahar dan fee pada
PDIP, tim sosial media pro Jokowi dan putra sulung Jokowi, total sebesar
Rp 40 miliar.
Meski demikian, hingga saat ini baru empat pelaku korupsi yang sudah
ditetapkan sebagai tersangka oleh kejaksaan agung. Joko Widodo, Bimo
Putranto dan putra Jokowi, Gibran Rakabuming belum ditetapkan sebagai
tersangka. Diduga karena terkait agenda pilpres pada bulan Juli 2014
mendatang.
Sumber: [yudisamarablog]
Sumber: [yudisamarablog]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar