Kisah Tentang Seorang Kyai Kecil
Oleh: Mahar Prastowo
Ada Nabi Besar, tapi tak ada nabi kecil. Juga tak ada Kyai Besar meski sering menyelenggarakan dan menjadi pembicara tunggal dalam event Pengajian Akbar, tapi kali ini ada yang menyebut dirinya sebagai “Kyai Kecil” .
Perihal Kyai Kecil ini, sebenarnya berangkat dari ketidakpercayaan diri sang Kyai ketika dalam sebuah pengajian yang menurutnya juga kecil, namun cukup unik dan ini terobosan baru yang sangat mencerdaskan. Bagaimana tidak, kalau biasanya para pembicara yang Kyai Besar itu mendominasi seluruh waktu yang diberikan untuk ngecap, maka Pak Kyai Kecil ini meluangkan waktu untuk membuka sebuah dialog kecil dengan audience untuk menyampaikan uneg-uneg dan segala persoalan mengenai keberagamaan dan masalah social yang lain.
Nah, di jaman marak Poly Gamyt (kemaluan bercabang banyak) ini, yang dicontohkan diantaranya oleh Dalang asal Tegal dan Pengusaha Restoran asal Solo, rupanya membuat jengah seorang hadirin yang seorang janda dan menanyakan “Kenapa pak kyai tidak poligami. Apalagi sudah hampir 20 tahun menikah belum juga dikaruniai anak, bukankah poligami sunah Rasul?”
“Justru saya tidak poligami karena mengikuti sunah rasul.” Jawab Pak Kyai.
Berikutnya beliau menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak berpoligami ketika istri pertamanya, Khadijah masih hidup. “Apalagi saya ini hanya Kyai kecil.” Jelasnya seraya memberi alasan, apa kata orang nanti kalau sang Kyai yang hanya pengasuh pondok pesantren kecil, jumlah santrinya juga tak begitu besar, hanya punya sebuah masjid kecil, lahan kecil dan tingkat ekonominya juga kecil, kok berani-beraninya berpoligami.
Alasan lain, kata Pak Kyai, dengan jumlah keluarga kecil, dia dapat membantu keluarga lain yang kurang mampu, antara lain memberikan pendidikan dan menafkahi para santrinya yang nyantri dan mondok gratis, dan semuanya ditanggung sang kyai kecil berjiwa besar ini.
0 Komentar