A+ | “Negara memajukan kebudayaan
nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.” (Pasal 32 UUD Negara Republik Indonesia 1945).
Atas dasar amanat Undang Undang Dasar Negara RI 1945 itulah, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Puan Maharani, terus mendorong upaya pemajuan kebudayaan dengan menempatkan kebudayaan sebagai haluan pembangunan
nasional.
Karena kebudayaan mencakup segenap sistem kehidupan sosial di Indonesia, sehingga sepantasnya ditempatkan sebagai garda terdepan dalam
kehidupan berbangsa.
Kebudayaan semestinya tidak dipandang sebagai salah
satu sektor pembangunan, tapi justru sebagai tujuan dari semua sektor
pembangunan.
Kebudayaan dinilai Puan dapat mendorong pembangunan dengan cara membentuk mentalitas dan
wawasan masyarakat yang diperlukan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi, bahkan berdampak terhadap banyak
sektor kehidupan.
Songket, adalah salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang menurut Puan harus dijaga denga dilestarikan dan dilindungi dengan didaftarkan patennya. Hal ini dikatakan Puan dalam peresmian Gedung Labor
Kerohanian dan Gedung UKM ISI Padang Panjang pada Jumat, 29 April 2016 di depan Rektor ISI Novesar Jamarun, Kepala BKKBN Surya Candra Surapatti, Wakil
Gubernur Sumbar Narsul Abit, Walikota Padang Panjang Hendri Arnis dan
anggota DPR dari dapil Sumbar Alex Indra Lukman.
"Segera
dipatenkan, jangan sampai ada negara lain mengklaim itu milik mereka.
Saat ini pemerintah sudah mendorong seluruh hak paten bisa dipercepat
regulasinya," ucap Puan.
Setidaknya, Indonesia memiliki 22 motif Songket yang telah dipatenkan dan 49 motif songket lainnya baik songket palembang, songket minang dan lainnya didorong oleh Kemenko PMK untuk segara diurus hak patennya. Apalagi diketahui negeri jiran, Malaysia, yang uga memiliki songket telah mendaftarkan ke UNESCO dan tinggal menunggu sidang pengesahan.
Puan, Songket dan Google Arts Institute Paris
Songket Minangkabau motif Pucuk Rabuang
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Menko PMK) Puan Maharani pada Senin, 9 April 2018, mengadakan kunjungan ke Google Arts Institute
di Paris. Ini merupakan kunjungan kedua setelah sebelumnya mendapat kunjungan
Mendikbud Anies Baswedan pada tahun 2016.
Kunjungan kedua menteri ke Google Arts Institute adalah upaya menjalin kerjasama dalam
memanfaatkan teknologi untuk pengembangan dan perlindungan warisan
budaya.
Pengantin wanita memakai Songket Palembang
"Saya ingin melihat bagaimana Google Art Institute
menyimpan berbagai macam benda seni dari Indonesia kedalam aplikasi yang
dimilikinya," ujar Puan Maharani.
Google kepada pemerintah Republik Indonesia memiliki tiga jenis
kerjasama, yaitu memfasilitasi lebih banyak
institusi budaya Indonesia yang bergabung dengan program Google Arts and
Culture, pelestarian warisan budaya, serta mendorong kreativitas pakar
IT dan seniman melalui program residensi.
Dalam
kunjungan di Google Art Institute, Puan Maharani didampingi Deputi
Bidang Koordinasi Pendidikan Agama Kemenko PMK Prof Agus Sartono, Sesjen
Kemendikbud Didik Suhardi, Deputi Wakil Tetap RI untuk UNESCO Bambang
Hari Wibisono, serta Atase Pendidikan KBRI Paris Surya Rosa Putra.
Selama
di Google Arts & Culture, Menko Puan mendapat penjelasan berbagai
konten yang ada dalam situs web dan aplikasi memungkinkan pengguna
menjelajahi karya seni, artefak, dan lainnya dari lebih dari 1.500
museum, arsip, dan organisasi bermitra dengan Google Cultural Institute
menghadirkan koleksi dan kisah mereka secara online.
Songket Sasak
Menko Puan
Maharani juga banyak bertanya mengenai copy right dari berbagai photo
benda-benda seni yang ada dalam aplikasi Google Art Institute menyangkut
keamanan dari berbagai photo benda seni ditampilkan karena ada beberapa
benda seni Indonesia seperti wayang dan lukisan serta Borobudur masuk
dalam situs Google Institute.
Menurut Deputi Wakil Tetap RI untuk
UNESCO Bambang Hari Wibisono yang ikut mendampingi Menko Puan Maharani
mengatakan bahwa satu hal yang harus menjadi perhatian dengan dishare
nya ke publik adalah masalah hak cipta.
"Kita sering ketinggalan dalam
hal ini, sehingga kecolongan karya-karya seni yang karena tidak memiliki
sertifikat hak cipta, dengan mudah ditiru pihak lain," ujar Bambang Hari Wibisono, Deputi Wakil Tetap RI untuk
UNESCO.
Puan
mengakui dengan banyaknya berbagai benda seni Indonesia masuk dalam
Google Art Institute maka akan dapat menjangkau berbagai kalangan di
dunia yang bisa mengakses berbagai gambar dan info. Salah satunya adalah Songket Palembang.
Menko Puan
berharap dapat meningkatkan kerjasama yang lebih luas tidak hanya dengan
Kemendikbud juga instansi pemerintah lainnya seperti Kominfo dan
Perpustakan dan juga Arsip Nasional.
Google Art Institute
dirancang menjadi tempat untuk menjelajahi dan menikmati seni dan budaya
secara online. Google Arts and Culture dibuat Google Cultural Institute
diluncurkan tahun 2011, bertujuan untuk memperluas mengatur dan
menyediakan informasi dunia sejalan dengan misi Google.
Di
Indonesia Google Art Institute menjalin kerjasama dengan sembilan mitra
kerja yang ada di Jakarta. Saat meninjau Google Arts Institute, Puan
Maharani menyaksikan tayangan salah satu koleksi dari Wonders of
Indonesia berupa wayang kuno yang terliat secara detail.
Dalam
kunjungannya Menko Puan Maharani berbincang-bincang dengan Direktur
Google Cultural Institut, Laurent Gaveau, serta Manager Kebijakan Google
Cultural Institut, Claire Marie Foulquire Gazagnes.
Songket sebagai tradisi tenun Sumatera juga dimiliki secara turun temurun akibat percampuran perkawainan atau perpaduan kebudayaan masyarakat, sehingga berkembang di banyak
negara di Semenanjung Malaya. Songket ditenun dengan tangan dari sutra
atau katun, dan bermotif rumit dengan benang emas atau perak.
Songket juga dikenal dengan sebutan Ratu Tenun Tradisional.
Tradisi tenun Songket dimulai di Kerajaan Sriwijaya (650 -1377 M).
Istilah songket berasal dari bahasa Melayu sungkit yang artinya
“mengaitkan” cara pembuatan songket adalah dengan mengait dan memungut
sekelompok benang, kemudian menyelipkan benang emas dan perak di
bawahnya.
Di Palembang kuno, dikisahkan Google Arts and Culture, songket juga dipakai untuk menunjukkan status sosial para janda sehingga ada yang
disebut songket janda berias yang terdiri atas dua macam, yaitu untuk
janda yang berhak kawin lagi atau disebut janda berias dan untuk calon
pengantin janda atau disebut juga janda pengantin.
Jelajahi kekayaaan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia di Google Cultural Institute
0 Komentar