foto:freepic


Oleh: Mahar Prastowo

Jangan melek politik. Jangan pintar politik. Apalagi tata negara.
Bahaya!

Kalau rakyat pintar politik, mereka akan tahu hak dan kewajiban.
Kalau mereka tahu hak dan kewajiban, kesejahteraan akan naik.
Kalau kesejahteraan naik, kelas menengah jadi kuat.

Nah, itu berbahaya.

Kelas menengah yang kuat biasanya cerewet. Mereka bisa memicu dinamika. Dinamika bisa berubah jadi revolusi.

Bayangkan: rakyat makin kuat, pejabat baik ikut menguat, DPR/DPRD yang lurus dapat dukungan.
Koruptor? Mereka melemah.

Kalau korupsi melemah, angka belanja barang mewah ikut turun. Siapa lagi yang mau beli tas Hermes harga Rp 400 juta kalau tidak ada uang korupsi? Siapa yang mau memesan wine Rp 50 juta per botol kalau tidak ada uang mark-up proyek?

Ekonomi jadi melambat. Bukan ekonomi rakyat, tapi ekonomi orang kaya. Yang biasanya menyalurkan rezeki lewat showroom mobil impor, toko jam tangan Swiss, atau butik-butik mewah di mal besar. Mereka ikut terpuruk.

Pendidikan pun bisa membaik secara merata. Semua orang pintar. Semua orang punya akses. Semua anak bisa masuk sekolah bagus tanpa perlu bimbingan belajar puluhan juta. Maka jasa les privat bisa mati suri. Para pengajar Bimbel elit kehilangan pasar. Itu bahaya.

Kesehatan pun membaik. Angka sakit menurun. Rumah sakit elit yang biasanya dipadati antrean orang kaya bisa sepi. Penjualan obat menurun. Perusahaan farmasi bisa rugi. Padahal industri kesehatan adalah mesin bisnis besar. Kalau orang sehat semua, siapa yang mau beli obat mahal?

Maka jangan melek politik. Jangan sekali-kali belajar tata negara. Jangan tahu bagaimana pajak bekerja. Jangan tahu bagaimana APBN dibagi. Jangan tahu kenapa subsidi dicabut. Jangan tahu siapa yang dapat konsesi tambang. Jangan tahu siapa yang dapat proyek infrastruktur. Jangan.

Karena kalau tahu, rakyat bisa mengatur diri sendiri. Bisa memilih yang benar. Bisa mengawasi kekuasaan. Bisa menagih janji. Itu akan merusak ekosistem. Ekosistem siapa? Ya ekosistem yang sudah mapan ini: rakyat diam, elite pesta.

Maka biarkan rakyat sibuk dengan tiktok, gosip artis, drama Korea, dan diskon belanja online. Itu lebih aman.

Karena kalau rakyat pintar politik, yang rugi bukan rakyat. Yang rugi justru para elite.
Dan itu tidak boleh terjadi.

Maka sekali lagi: jangan melek politik. Itu virus yang bisa menyembuhkan bangsa. Karena sembuhnya bangsa adalah sakitnya para elite.



[mp]