Asap putih mengepul di halaman Kantor Kecamatan Makasar, Senin pagi, 27 Oktober 2025. Beberapa ASN terlihat menahan napas, sebagian menatap penasaran. Di tengah lingkaran, api menyala dari drum besi—menjulang setinggi pinggang. Seorang perempuan berseragam cokelat muda melangkah maju, menggenggam tabung merah kecil di tangannya.

“Tarik pin-nya dulu, Bu… arahkan ke pangkal api,” suara seorang petugas Damkar memberi instruksi. Dalam hitungan detik, semburan gas dingin keluar dari tabung. Asap biru pekat membungkus nyala api. Dan api itu—perlahan—padam.

Tepuk tangan riuh terdengar. Bukan sekadar untuk perempuan itu, tapi untuk momen kecil yang sarat makna: kesadaran baru lahir di tengah kesibukan ASN Makasar.




Gerakan dari Api, untuk Keselamatan

Itulah suasana Apel Deklarasi ASN GEMPAR (Gerakan Masyarakat Punya APAR), yang digagas berdasarkan Instruksi Gubernur Nomor 5 Tahun 2025 tentang kewajiban setiap rumah memiliki Alat Pemadam Api Ringan.

Temanya sederhana tapi kuat:
“Setiap Rumah Punya APAR, Lingkungan Aman dari Kebakaran.”

Namun di balik kesederhanaan itu, ada semangat besar yang sedang dibangun: mengubah paradigma dari pemadaman ke pencegahan.

Camat Makasar, Kamal Alatas, S.STP., M.A.P., yang menjadi pembina apel, berbicara tegas namun mengalir:
“Kita sering sibuk memadamkan api, tapi lupa mencegahnya. ASN harus jadi contoh. Mulailah dari rumah sendiri. Satu APAR di rumah bisa menyelamatkan satu keluarga.”

Kata-kata itu bukan hanya seruan moral. Di lapangan, ia langsung diterjemahkan menjadi aksi nyata: pelatihan dan simulasi pemadaman api.


Petugas Damkar Jadi Instruktur Lapangan

Sejumlah petugas Damkar Sektor Makasar pagi itu tak hanya bertugas menjaga keamanan acara. Mereka menjadi instruktur lapangan, memperagakan cara menggunakan APAR yang benar dan efektif.

Mereka memperlihatkan bagaimana mengarahkan semburan gas ke pangkal api, menjaga jarak aman, hingga teknik sapu horizontal agar api padam sempurna.

“Kesalahan umum orang awam itu menyemprot ke atas api, bukan ke sumbernya. Akhirnya gas habis, api tetap menyala,” jelas salah satu instruktur sambil memperagakan teknik yang benar.

Para ASN, guru sekolah, anggota FKDM, dan PPSU yang ikut dalam apel itu mencoba satu per satu. Ada yang canggung, ada yang terlalu bersemangat, dan ada yang tertawa gugup ketika semburan gas menutupi wajahnya sendiri. Tapi dari semua itu lahir sesuatu yang lebih penting: rasa percaya diri menghadapi darurat.




Dari ASN ke Warga: Gelombang Kesadaran Baru

Gerakan ASN GEMPAR bukan berhenti di upacara. Ia dirancang sebagai gerakan sosial berantai. ASN diharapkan menjadi pelopor di lingkungannya—menularkan pengetahuan dan semangat kesiapsiagaan kepada warga.

“Kalau ASN di tiap rumah punya APAR, tetangganya akan ikut. Lama-lama ini jadi budaya,” ujar salah seorang peserta upacara yang juga membawa APAR pribadinya ke apel.

Dari pantauan lapangan, seluruh peserta—mulai dari Damkar, Satpol PP, Dishub, FKDM, PKK, hingga perwakilan sekolah negeri—membawa minimal satu tabung APAR per grup. Sebuah simbol komitmen yang sederhana tapi nyata.


Membangun Budaya Tanggap Darurat

Kegiatan ditutup dengan pembacaan Deklarasi ASN GEMPAR dan penandatanganan komitmen bersama. Lima butir tekad dibacakan lantang: menjadi pelopor keselamatan, mengedukasi masyarakat, dan memastikan setiap rumah ASN memiliki APAR.

Langit pagi itu masih dipenuhi sisa asap latihan simulasi. Tapi di balik kepulan itu, ada sesuatu yang lebih penting dari sekadar latihan pemadaman: lahirnya kesadaran kolektif.

Bahwa kesiapsiagaan bukan urusan Damkar semata. Bahwa api bukan hanya bencana, tapi juga guru—yang mengingatkan kita betapa rapuhnya keamanan tanpa persiapan.


Refleksi: Satu Tabung untuk Seribu Keselamatan

Gerakan GEMPAR mungkin tampak sederhana, bahkan mungkin dianggap seremonial. Tapi justru di sanalah letak kekuatannya. Ia mengajarkan kembali arti tanggung jawab sosial, dimulai dari hal paling kecil—sebuah tabung APAR di pojok rumah.

Satu tabung kecil yang mungkin tak pernah digunakan, tapi keberadaannya bisa menentukan hidup dan mati.

Dan dari Makasar, Jakarta Timur, semangat itu kini menyala:
Bukan api yang membakar, melainkan api yang menyadarkan.


Foto: Dokumentasi Kegiatan ASN GEMPAR Kecamatan Makasar
Laporan Lapangan: Muhammad Deni Suseno
Narator: Mahar Prastowo


Artikel ini juga telah terbit di SINI