A+

6/recent/ticker-posts

Paulus Indra, CEO Puri Intirasa

Mengelola Kafe Karena Hobi

DI lingkungan industri pariwisata, Paulus Indra bukanlah orang baru. Ia adalah pendiri perusahaan biro perjalanan Puri Tour. Karena perusahaannya aktif bergerak di lingkungan industri pariwisata, ia kerap kali menjamu turis-turis yang datang ke Indonesia dengan membawa mereka antara lain ke restoran-restoran yang terbaik. Bisnis pariwisata itu selalu berhubungan dengan semua yang serba ‘wah’ atau glamour. Semua turis ingin menginap di hotel yang terbaik, ingin makan makanan yang enak, restorannya juga harus yang terbagus. Suatu ketika, timbul dipikirannya, kenapa tidak membuka restoran?

Bermula dari Nasi Uduk

Untuk membuat suatu restoran yang bagus, Paulus Indra tidak mau coba-coba atau tanggung-tanggung. Harus total. Karena restoran atau Kafe adalah bisnis baru buatnya, ia harus belajar lagi dari bawah.

“Saya harus mempersiapkannya sebaik mungkin. Saya tidak mau cuma buka sebentar lalu tutup. Saya mau restoran atau kafe yang saya buka bisa maju,” katanya bersemangat.

Ia pun mulai berpikir restoran apa kiranya yang akan mereka buka? Akhirnya, setelah lama menimbang-nimbang, Indra dan istrinya memilih nasi uduk sebagai menu utama yang akan mereka jual di restoran bakal dibuka. Lokasi yang dipilih, adalah di lingkungan perumahan Puri Kembangan, Jakarta Barat.

Pada 1982, Restoran yang diberi nama Farini pun berdiri. Nama ini diambil dari nama ketiga anaknya Mario Fajar (32), Marco Hari (29), dan Maria Dini (27).

Indra dan Lucy Iskandar, sang istri pun sibuk melakukan survey harga-harga di pasar. “Bagi saya ini adalah hal yang baru, tetapi saya senang melakukannya,” kata Indra sambil mengenang saat pertama kali ia membuka usaha restoran.

Ia dan istrinya harus bangun pagi-pagi guna berbelanja berbagai kebutuhan di pasar. Istrinya boleh dibilang chef utama yang mengawasi sendiri bagaimana nasi uduk dimasak. Selain itu mereka pun aktif dalam melayani tamu-tamu yang datang.

Agar restorannya diketahui oleh khalayak ramai, sebelum dibuka, Indra setiap hari menugaskan orang memasang spanduk yang berisi pengumuman misalnya, tujuh hari lagi Restoran Farini dengan menu nasi uduk akan dibuka, enam hari lagi akan dibuka, lima hari lagi akan dibuka, dan seterusnya.

Karena publikasinya begitu gencar ditambah lagi makanannya yang lezat, setiap hari terjadi antrean panjang tamu-tamu yang ingin mencoba nasi uduk Farini. Bahkan ketika itu jalanan di sekitarnya sampai macet karena banyaknya mobil yang parkir di depan restorannya. Omzet penjualan nasi uduknya sebesar Rp 2,5 juta/hari dengan menghabiskan sekitar 17 hingga 18 dandang. Pada saat itu omzet tersebut sudah cukup besar.

Setelah tiga tahun mencoba dengan restoran nasi uduk, Indra pun mendapat semangat baru dan berani untuk melangkah lebih jauh lagi. Ia pun memutuskan hadir di Denpasar, Bali.

“Kali ini pilihan menu adalah seafood. Target pasar saya adalah turis-turis asing yang berkunjung ke Bali,” kata Indra. Saat ini ia memiliki tiga restoran sea food di Bali. Restoran yang pertama Mini Seafood Legian, di Legian. Kedua, Kuta Seafood, dan yang ketiga Bali Seafood juga di Kuta.

Survey Sampai ke Wina

Setelah membuka kegiatan di Bali, saya terpikir, kenapa tidak membuka usaha di Jakarta? Pertengahan 90-an, pendapatan perkapita penduduk Jakarta cukup tinggi, sekitar US$ 10.000/tahun. Selain itu banyak eksekutif muda yang sudah sering bepergian ke luar negeri. Banyak di antaranya lulusan luar negeri. Mereka ini memiliki gaya hidup yang berbeda. Tercetus gagasan dalam benak Indra untuk membuka sebuah kafe untuk kelas ini di Jakarta.

“Saya pun mengirim surat ke beberapa kedutaan asing yang terkenal dengan kafe-nya. Tetapi Austria yang lebih cepat membalas surat saya,” kenang Indra yang dikenal sangat serius dengan setiap bisnis yang dilakukannya.

Membuka kafe yang benar-benar menjadi favorit pengunjung, lagi-lagi Indra tidak mau coba-coba.

Ia pun memutuskan untuk berangkat ke Austria. Ia membawa timnya berangkat ke Wina untuk melakukan survey. “Kami bangun pagi langsung menuju ke kafe, kami pindah dari satu kafe ke kafe lain hingga malam hari. Berhari-hari kami mencoba mempelajari gaya hidup kafe-kafe di Wina, akhirnya kami pun mantap.” Kata Indra yang ingin tahu apa sih kafe itu? Menurut Indra, ia dan timnya singgah di sekitar 60 kafe, di Wina, Austria.

Namun demikian Indra dan timnya masih dua kali lagi datang ke Wina, Austria untuk memantapkan rencananya. Akhirnya pada 1997 Kafe Wien pun dibuka di Plaza Senayan. Di sini, para tamu yang datang selain dijamu dengan berbagai menu yang lezat, mereka pun dihibur dengan iringan musik klasik. Jadilah Kafe Wien sebagai kafe paling esklusif di Jakarta.

Beda Kafe dengan Restoran

Kita pernah bertanya kepada Indra apa sebenarnya perbedaan antara kafe dengan Restoran? Tiga kali bolak-balik Jakarta-Wina, membuat Indra menjadi ahli dalam hal kafe. “Kalau Restoran kan biasanya buka pukul 11.00 sampai 15.00. Lalu tutup dan mulai buka lagi pukul 18.00 sampai dengan pukul 21.00 untuk makan malam. Sedangkan kafe bukanya dari pagi sampai malam.

Kalau tadinya kafe hanya menyediakan menu coffee dan pastri serta sandwich, kini kafe mulai menawarkan makanan seperti steak dan lainnya. “cerita Indra. Kafe sebenarnya tempat diskusi tokoh-tokoh politik, budayawan, bisnismen, dan masing-masih tokoh memiliki kafe langganan tersendiri di mana mereka biasa menghabiskan waktu senggangnya.

Di kafe umumnya orang lebih santai dan tidak terlalu formal. Gaya menyantap makanan di kafe dibuat semudah mungkin dan tidak mengotori tangan. Sajiannya cepat dan lengkap. Waktu buka kafe lebih panjang dibandingkan restoran.

Marios Place

Setelah sukses dengan Kafe Wien, Indra kemudian membuka lagi berbagai kafe dan sebuah restoran. Dari deretan kafe dan restoran yang sudah dibukanya antara lain Tator Coffee Boutique, Kafe Patio, Kafe Mario, Dermaga Foodcourt, Restoran Waroeng Pojok, dan Marios Place.

Semua kafe dan resto yang didirikan Indra memiliki keunikan masing-masing. Marios Place misalnya di-design untuk segala usia. Untuk anak muda oke, eksekutif oke, orang tua juga oke.

Untuk memadukan berbagai keinginan ini, Indra menugaskan Asep R. Mulyadi, Manager Kafe Marios Place untuk menyusun berbagai program acara yang bisa mengakomodasi berbagai kelompok usia ini. Ada acara musik hidup setiap malam, antara lain Jazz Night, ada Cowboy Night, Latino Night, Top 40, dan masih banyak lagi program menarik lainnya. Oleh karena itu wajarlah kalau Marios Place sudah menjadi tempat favorit di kawasan Menteng kendati usianya satu tahun pada Juni yang akan datang.

Tak terasa, sudah 17 kafe dan resto yang didirikan Indra sejak lima tahun terakhir ini dengan jumlah pegawai sekitar 700 orang. Dari data yang tercatat, setiap bulan sekitar 250.000 tamu datang dan menikmati makanan dan minuman di seluruh restorannya yang tersebar di Jakarta dan Bali. “Saya berencana, membuka 13 restoran lagi dalam dua tahun mendatang, sehingga jumlahnya menjadi 30.” Kata Indra yang berkeinginan perusahaannya tercatat di Bursa Efek Jakarta.

"Tetapi saya tetap akan berkonsentrasi di Jakarta,” tambahnya. Indra ingin santai dan tidak mau lagi repot mondar-mandir ke kota lain kecuali beberapa outlet yang akan segera dibuka di Makassar dengan sistim waralaba. Kalau dengan sistem waralaba, Indra setuju untuk membuka di kota-kota lain. Resep agar restoran dan kafenya sukses adalah ia harus hadir di semua restorannya sesering mungkin. Ia harus selalu menjaga kualitasnya.

Dari semua kafe yang telah ia dirikan, Kafe Tatorlah yang menjadi tempat favoritnya. Di sini ia bisa menikmati suasana kafe dengan suguhan kopi Arabica asli Tanah Toraja. “Racikan kopi di kafe ini adalah racikan sendiri yang tidak bisa ditemukan di tempat lain,” kata Indra berpromosi.

Kini, Indra sibuk mengelilingi kafe satu ke kafe lain. “Ini pekerjaan saya. Melihat-lihat suasana, mencoba makanan atau minuman. Kelihatannya santai tetapi serius,” kata lelaki yang lahir di Bengkulu, 14 Oktober 1944. Yang pasti, menurut Indra, ada lima hal penting yang harus ada di setiap kafe dan restorannya. Pertama, makanan yang terbaik dengan rasa yang enak, kedua, tempat yang menyenangkan dengan dekorasi yang nyaman, kebersihan yang selalu terjaga, hiburan yang bagus, dan servis yang terbaik.

Kalau semuanya tersedia sudah pasti kafe dan restoran akan diserbu konsumen. (agt)

Posting Komentar

0 Komentar