A+

6/recent/ticker-posts

RAMADHAN DI HONGKONG

Kamis, 27 September 2007

TKI
TKW di Hongkong Rindu Ramadhan di Kampung

RENY SRI AYU TASLIM

Ramadhan kali ini adalah tahun keempat Sri Widiati (43) melaksanakan ibadah puasa di Hongkong. Selama empat tahun, belum sekali pun perempuan asal Malang, Jawa Timur, itu pulang kampung.

Bukan karena betah atau tak ingin pulang. Juga bukan karena tak ada cuti atau tidak mendapat izin. Akan tetapi, Sri memang sedang bekerja keras untuk membiayai kuliah dua anaknya.

"Kalau ditanya rindu, saya sangat rindu kampung halaman. Apalagi saat Ramadhan seperti ini. Teringat suasana Ramadhan di Malang. Tarawih di masjid, bertadarus, atau mendengar anak-anak muda keliling kampung membangunkan warga untuk sahur. Saya juga rindu dua anak saya," katanya saat ditemui seusai shalat tarawih di Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Hongkong, pertengahan September. Saat itu Sri shalat tarawih berjamaah dengan staf konsulat dan tenaga kerja Indonesia (TKI) lain di Hongkong.

Ia bercerita, setiap dua tahun sebenarnya ia juga mendapat hak cuti 12 hari. Kalau hak itu diambil, Sri bisa pulang kampung dengan biaya pergi pulang ditanggung majikan. Jika dua tahun cuti tidak diambil dan majikan memperpanjang kontrak, cuti 12 hari itu diganti uang sekitar 100 dollar Hongkong per hari. Dengan kurs Rp 1.125 per dollar Hongkong, uang pengganti yang didapat Sri Rp 1.350.000 dan masih ditambah dengan penggantian uang tiket pergi pulang Hongkong-Indonesia.

Tahun-tahun kemarin dan tahun ini anak-anaknya yang kuliah di Universitas Negeri Malang dan Universitas Islam Negeri Malang sedang butuh banyak uang kuliah. Sri terpaksa tidak mengambil cuti. "Lumayan, uangnya buat nambah-nambah biaya kuliah. Lagian saya tidak punya suami lagi dan anak- anak pun mengerti," kata Sri.

Keinginan Sri untuk menguliahkan kedua anaknya membuat ia tetap berusaha tegar di negeri orang dan memupus kerinduan melaksanakan Ramadhan di tanah kelahirannya.

Kerinduan sama juga dikatakan Amil Azzahra (27), TKI dari Probolinggo, yang sudah tujuh tahun menetap di Hongkong. Karena kebutuhan keluarga di kampung yang mendesak, Amil terpaksa memilih tidak pulang tiga tahun terakhir.

"Paling sedih lagi saat sahur. Saya melakukannya sendiri di kamar," katanya.

Kerinduan Sri dan Amil adalah kerinduan yang juga dialami Sri Wahyuni (24) dan Imas (35). Tanggung jawab akan kelangsungan hidup keluarga, anak, adik-adik, atau orangtua membuat mereka harus memupus dalam-dalam kerinduan akan suasana Ramadhan di kampung.

Sri Widiati, Sri Wahyuni, Imas, atau Amil adalah sebagian dari 110.000 tenaga kerja wanita (TKW) yang saat ini bekerja sebagai pekerja rumah tangga di Hongkong.

Menyewa gedung

Lalu bagaimana para TKW ini melalui hari-hari Ramadhan di Hongkong? Rupanya ada banyak cara untuk mendapatkan kekhusyukan Ramadhan kendati jauh dari Tanah Air.

Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan hari libur Sabtu atau Minggu setiap pekan untuk bertemu sesama TKW. Ada yang bertemu di Masjid Wan Chai, di Perkumpulan Dakwah Victoria (PDV) Training Center di kawasan Causeway Bay, atau di KJRI Hongkong. Tidak sedikit pula yang bertemu di taman-taman kota, seperti di Victoria Park, di kolong jembatan penyeberangan, atau koridor sekitar kawasan pertokoan.

Tempat-tempat berkumpul itu biasanya berdasarkan lembaga-lembaga atau kelompok keagamaan yang didirikan para TKW sendiri. Untuk bisa melaksanakan kegiatan, ada juga kelompok TKW yang menyewa tempat sebagai sekretariat.

Acara kumpul-kumpul biasanya diisi dengan belajar mengaji, bertadarus dan shalawat bersama, mendengar ceramah, diskusi, hingga tarawih berjamaah. Tidak sedikit di antaranya bahkan menjadi panitia buka puasa yang dilakukan di Masjid Wan Chai atau tempat lainnya.

Sesekali mereka mengundang artis atau ustadz kenamaan di Tanah Air. Pada 9 September PDV mengundang Sulis untuk shalawat bersama. Acara yang dihadiri sekitar 2.000 TKW itu berlangsung di salah satu gedung pertemuan tertutup.

"Setidaknya dengan bertemu dan berkumpul, kerinduan akan Ramadhan di Tanah Air sedikit terobati," ujar Imas, Ketua PDV.

Kelompok Shalakah yang berbasis di Masjid Wan Chai biasa menggelar acara buka puasa bersama pada hari-hari libur. Pada hari-hari libur di luar Ramadhan, pertemuan yang biasa dilakukan dari pagi hingga malam itu juga diisi dengan kegiatan keagamaan serta diselingi dengan belajar menjahit, bahasa Inggris, Mandarin, dan lainnya.

KJRI, yang secara rutin melaksanakan tarawih berjamaah setiap malam, membantu dengan mendatangkan penceramah dari Tanah Air. Untuk lebih mendapatkan suasana Ramadhan di Tanah Air, kebanyakan penceramah yang didatangkan berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, daerah asal sebagian besar TKW di Hongkong.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. My cousin recommended this blog and she was totally right keep up the fantastic work!

    BalasHapus