Yang Kembali dan Menggedor Pasar
Proton datang dan yakin bisa berjaya di pasar mobil Indonesia
Tak Melayu hilang di dunia, (eit : TAK MELAYU HILANG DI BUMI) kata Hang Tuah. Begitu pula Proton, tampaknya produk otomotif negeri Melayu itu tak hendak hilang dari benak warga Indonesia. Bila jeli memperhatikan jalanan ibu kota, ada warga baru yang turut memacetkan lalu-lintas Jakarta dua bulan terakhir ini. Berpenampilan ciamik, dengan mesin turunan Mitsubishi berkapasitas 1,5 liter, mobil sedan bernama Wira itu gampang terlihat wara-wiri menyusuri jalan.
Meski kedatangannya belum lagi seumur jagung, tak sedikit orang tahu bahwa Wira adalah bagian keluarga besar pabrikan otomotif negeri tetangga, Malaysia, Proton. Umumnya mereka mengenal Wira dan anggota keluarga Proton lainnya dari kunjungan ke negeri tetangga tersebut, atau via media, seperti koran, televise dan terutama, internet. Memang, sejak kedatangan saudara dekatnya, Saga, 11 tahun lalu, Proton tidak lagi mengisi pasar dalam negeri. Selain saat itu Proton sendiri masih fokus mengisi pasar otomotif dalam negeri Malaysia, persoalan berat lain memang masih membebani Proton.
"Waktu itu kami masih terbebani bea masuk yang tinggi, sekitar 60 persen," kata Direktur Pelaksana Proton Holdings Berhad, Dato' Syed Zainal Abidin Syed Mohamed Tahir, kepada rombongan wartawan Indonesia yang menyambangi pusat pabrikan tersebut di Shah Alam, Selangor, Malaysia, pekan lalu. Dengan beban bea masuk sebesar itu, Proton harus berpikir ulang puluhan kali untuk masuk pasar Indonesia.
Tetapi tentu saja dunia berubah. Malaysia sendiri, yang juga menetapkan bea masuk tinggi untuk melindungi pasar mobil dalam negeri mereka, tidak mampu melawan geliat pasar yang menuntut keterbukaan. Pintu impor kendaraan bermotor pun harus mereka buka. Alhasil, serbuan produk otomotif asing itu kemudian mengambil sebagian kue pasar yang tadinya mereka nikmati. Ujung-ujungnya, produk Proton yang sebelumnya mengambil 60 persen pasar otomotif Malaysia itu, sejak 2004 lalu tinggal menikmati bagian pasar 44 persen saja. Angka itu dengan cepat turun dari tahun sebelumnya (2003) yang masih mencatat 48 persen. Meski masih menjadi tuan rumah di negeri sendiri, kisaran angka itulah yang kini dinikmati Proton.
Tetapi bukan semata itu yang membuat Proton kini gencar menggedor pasar berbagai negara Asia, juga Eropa dan kawasan lainnya. "Tidak mungkin kami menutup mata, Asia itu pasar yang menggiurkan," kata Syed Zainal. Ia merinci, paling tidak ada 500 juta warga Asia yang menjadi target potensial bagi produk kendaraan roda empat. Di Indonesia sendiri, menurutnya, potensi pasar dari negeri berpenduduk 240-an juta jiwa ini, tentu begitu besar. "Tinggal kami mencari formulasi yang tepat atas kualitas, harga produk dan layanan purna jual yang kami tawarkan," kata dia.
Lima Varian Baru
Berbeda dengan sebelas tahun lalu yang datang via imbal beli dengan pesawat produksi IPTN, CN-235, kedatangan Proton kali ini memang untuk menggebrak pasar. Tidak tanggung-tanggung, mereka bahkan telah menyiapkan fasilitas perakitan seluas 13,4 hektare di Cikarang, Bekasi. Di fasilitas berkapasitas penuh 40 ribu unit mobil per tahun yang mereka beli dari Chrysler itu, persiapan serius untuk melakukan penetrasi pasar itu terlihat.
"Kami menargetkan, sedikitnya bisa menjual 3.000 unit untuk 2007 ini," kata Manajer Penjualan Internasional Proton, Ahmad Tifli Dato' Mohd Talha. Target itu bukan asal tunjuk angka. "April tahun lalu kami telah melakukan riset pasar guna mengetahui potensi pemasaran mobil di beberapa kota besar Indonesia, terutama Jakarta," kata Syed Zainal. Survey itu dilakukan dengan mengenalkan secara langsung lima model mobil keluarga Proton kepada sedikitnya 2.000 warga Indonesia. Hasilnya? "Kami menyimpulkan produk kami sangat kompetitif. Terutama untuk kalangan muda," ujar Syed Zainal, yakin.
Keyakinan bahwa mereka mampu mengisi ceruk tersendiri meski pasar mobil Indonesia telah sarat pemain itulah tampaknya, yang membuat Proton begitu antusias masuk ke Indonesia. Selain menyiapkan pusat perakitan di Cikarang, Proton juga siap membuka jaringan distribusi ritel di delapan kota besar Indonesia, dengan nilai investasi tidak kurang dari 26 juta dolar AS. "Beberapa bulan ke depan, setidaknya kami akan punya sepuluh dealer besar di kota-kota utama," kata Sales and Marketing Head PT Proton Edar Indonesia, Arief Gunawan. Arief merinci, dealer-dealer besar itu akan berada di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang atau Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan dan Makassar.
Menurut Arief, setidaknya sampai Juli mendatang lima varian Proton telah siap beredar di Indonesia. Selain Proton Wira yang masuk terdahulu, keempat model lain adalah Proton Savvy dan Gen 2, yang masuk mulai akhir Maret ini. Sementara pada Juli mendatang, dua varian lain, yakni Satria Neo dan Proton Waja, juga mulai merambah pasar Indonesia. Rencananya, mulai 2008 nenti mereka juga akan meluncurkan model kendaraan multiguna (MPV).
Di Malaysia, harga pasaran mobil-mobil tersebut berkisar pada angka 40.000 ringgit Malaysia atau sekitar Rp 104 juta (pada kurs 2.600 untuk satu RM) untuk Savvy. Untuk Proton Waja sekitar 60.057 RM hingga 64.771 RM, sementara Proton Gen 2 dijual dengan harga antara 55.000 hingga 58.000 RM. Tentu saja bea masuk harus juga diperhitungkan. Mulai dari Arief hingga Syed Zainal sendiri saat ditanya tentang harga yang akan mereka patok di pasar Indonesia, belum berkenan menjawab. "Kami akan jawab saat peluncuran produk kami, Jumat mendatang (besok-red)," kata Syed Zainal di kantornya di Shah Alam, pekan lalu, tersenyum.
Dengan harga yang tampaknya akan berkompetisi ketat dengan merek lain yang sekelas, Proton masih punya keunggulan di sisi terpenting kendaraan, mesin dan kenyamanan. Dari pengalaman mengendarai berbagai varian Proton, dari Selangor ke Perak, pulang pergi sepanjang 215 km lebih, Republika mendapatkan kesan bahwa produk Proton layak diacungi jempol.
Gen-2, misalnya. Sedan kecil berkapasitas mesin 1332 cc itu wajar menjadi salah satu mobil favorit di Malaysia dan tumpuan Proton di pasar ekspor. Dengan hacthback yang didominasi lekuk membulat dan memipih, Gen-2 memberi kesan sportif yang kuat. Mobil yang mendapatkan sentuhan seniman Italia dan bermesin campro, asli buatan pabrik Lotus--yang 100 persen sahamnya kini dimiliki Proton-itu juga enak digeber di atas 140 km per jam di Jalan Tol Selangor--Perak, sebelum kami diperingatkan via radio. Mohon maklum, kecepatan maksimal kendaraan Malaysia di jalan tol hanya 110 km per jam. Padahal odometer Gen-2 sendiri menerakan angka hingga 230 km/jam.
Begitu juga varian-varian lain seperti Waja, Savvy, dan Satria Neo. Tanpa memperhatikan perbedaan kelas mesin, rasanya interior ketiga varian itu benar-benar memberi kesan mewah. Sayang, Republika belum berkesempatan mencoba Proton Perdana dan Proton Chancellor, yang disebut-sebut sebagai dua varian mewah kebanggaan pabrikan Malaysia tersebut. Tetapi untuk soal keselamatan, konsumen tampaknya tidak perlu khawatir. Rata-rata produk Proton dilengkapi airbag.
Persoalannya, akankah Proton mampu menggulung kompetitor lain non Jepang di Indonesia? Waktu dan kesungguhan pihak Proton memasarkan produknya yang akan menjawab.
Citra yang Menjadi Soal
Persoalan terbesar yang mungkin akan dihadapi Proton dalam pemasarannya di Indonesia, barangkali soal citra. Sudah menjadi rahasia umum, masyarakat Indonesia hanya mengenal Proton sebagai mobil yang dipakai sebagai taksi.
Wajar sebenarnya. Sebelum serangan kali ini, satu-satunya produk Proton yang masuk ke Indonesia pada 1996, Saga, memang digunakan untuk taksi. Kala itu produk hasil imbal beli dengan pesawat produksi IPTN, CN 235, itu dipakai perusahaan taksi Citra, milik Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut. Sepuluh tahun lebih absen dari pasar, kemunculan saudara Saga, Wira, pada awal tahun ini, bahkan seolah mengukuhkan citra Proton sebagai mobil taksi. Selain dipakai sebagai kendaraan taksi milik TNI AU di Riau, di Jakarta Proton Wira digunakan oleh sedikitnya tiga perusahaan taksi, yakni Mersindo, Diamond dan Putra.
Persoalan itu tampaknya telah diantisipasi pihak Proton. "Masalah itu juga terkuak saat survey pasar," kata Sales and Marketing Head Proton Edar Indonesia, Arief Gunawan. Karena itulah, kata Arief, pihaknya sengaja membawa rekan-rekan Wira secara serentak dalam peluncuran besok. Setidaknya lima varian Proton, seperti Wira sendiri, Savvy, Satria Neo, Gen-2 dan Proton Waja, masuk bersamaan.
Tetapi menurut Arief, saat survey pasar pun terkuak bahwa tidak sepenuhnya citra sebagai kendaraan taksi itu merugikan Proton. Paling tidak, responden umumnya mengenal Proton--Saga saat itu--sebagai kendaraan yang tangguh dan bandel. "Mereka bilang, perawatannya pun tidak rewel," kata Arief. Kini, menurut Arief, tinggal bagaimana merancang strategi yang tepat untuk memasarkan si Harimau Melayu tersebut di pasar Indonesia. (rol-ds )
0 Komentar