Melihat gambar profil di BlackBerry Kang Teddy yang sebelumnya berdua bersama Pray (Prayitno Ramelan) tiba-tiba sudah sorangan lagi alias sendiri, tersentak saya. Terbayangkan ibarat kartu suara Pilkada, KPUD telah menggunakan guntingnya dan memotong tepat ditengah gambar keduanya, kresss...! menyembilu bunyinya.
Ya, dua sosok kalem berkumis lebih klimis dari Foke itu dalam kasak-kusuk yang saya dengar, menjadi 'momok' bagi Foke sang incumbent. Sampai-sampai seorang berseragam pe-en-es pemda pun ketika mendengar lajunya kedua sosok itu ke kancah pilkada, berseloroh di selasar balaikota, "Lonceng kejatuhan Pak Kumis berdentang...!".
Maka ketika kemudian ada hambatan-hambatan sampai berkas dukungan Ramelan-Teddy sebesar 629ribu, banyak pihak berkomentar negatif, diantaranya menganggap sebagai kesengajaan agar pasangan Purnawirawan TNI AU dan Pendekar persilatan antarabangsa ini tak lolos alias didiskualifikasi.
Saya tak hendak ikut berpolemik, apalagi saat saya tulis status di BBM dengan kalimat singkat "Ramelan-Teddy Tetap Berkarya!", mendapat sahutan dari Kang Teddy, yang saya copy-paste dari pesan BlackBerry Messenger dimana kami BBMan tengah malam:
(*) MAHAR (*) MEDIA | PR | MarComm | R&D | Security/BodyGuard | LeadershipTraining | PrivateJournalist | TravelGuide | :
"RAMELAN-TEDDY TETAP BERKARYA"
Teddy Suratmadji: "Teddy Suratmadji masih seperti yang dulu. Asetnya 3M. Modalnya Sholat Istikhoroh. Jazaakallah (Ucapan terimakasih dgn mendoakan semoga mendapat balasan dari Allah, red). Salam2."
(*) MAHAR (*) MEDIA | PR | MarComm | R&D | Security/BodyGuard | LeadershipTraining | PrivateJournalist | TravelGuide | : (thumbs up)
Teddy Suratmadji: Kapan mampir ke Sari Pan Pacific?
(*) MAHAR (*) MEDIA | PR | MarComm | R&D | Security/BodyGuard | LeadershipTraining | PrivateJournalist | TravelGuide | : "Bapak jadwalkan saja."
Teddy Suratmadji:"Ok"
Begitulah Kang Teddy yang saking gemesnya pada banjir di Jakarta namun masyarakat terdampak tak semua dapat menikmati pumpa air seperti di kawasan elit Pluit dan sekitarnya, lalu ia bergerak membuat sejuta biopori beberapa tahun lalu, di masa-masa awal menduduki jabatan puncak di Sari Pan Pacific (Sarinah Group).
Saya sendiri, terakhir makan siang bersama Kang Teddy, di ruangmakan khusus karyawan hotel Sari Pan Pacific, awal tahun lalu usai mengawali kelas dakwah siber (Cyber Dakwah) dimana beliau menjadi fasilitator bagi dai-dai di lingkungan MUI untuk mendapat pendidikan dan pelatihan praktis berdakwah melalui internet, "supaya da'i tidak terkesan gaptek dan dapat lebih luas berdakwah," ujarnya.
Saya kembali terkesan dengan pria bersemboyan "Kerja Keras Tirakat Banter" ini, begitu jam istirahat tiba, tergopoh menuju musholla hotel dan sholat dzuhur, saya mengikutinya sebagai makmum. Usai sholat, sang pimpinan puncak BUMN bidang hospitality ini mengajak saya bergabung makan bersama para karyawan termasuk satpam dan office boy. Mungkin karena sudah kebiasaan si boss, meski agak membuat kikuk, tapi suasana ruangan tetap santai dengan kehadirannya. Kami makan sambil sesekali ia menyahut sapaan hormat para karyawan yang datang silih berganti makan siang.
Tak hendak saya berpanjang lebar bercerita tentang Kang Teddy, dibawah ini ada sebuah artikel copy paste dari website ramalanintelijen, yang dishare dari kompasiana oleh Abdul Hakim. Selamat membaca dan silakan berkomentar.
Masihkah Prayitno Ramelan punya Peluang Lolos Sebagai Calon Gubernur DKI?
Oleh : Abdul Hakim.
Menjadi bakal calon Gubernur independen
di DKI Jakarta bukanlah perkara mudah. Meski Undang-undang mengenai
pilkada telah mengatur bahwa calon kepala daerah independen dapat turut
berpartisipasi dalam pertarungan menuju kursi pemimpin daerah, dalam
praktiknya tak semudah membalik telapak tangan. Permasalahan mendasar
yang mengemuka di awal pencalonan adalah soal administrasi pendaftaran,
yang dianggap berat dan merugikan beberapa calon independen.
Prayitno Ramelan dan Teddy Suriatmadja,
adalah salah satu bakal calon Gubernur DKI jalur independen yang
merasakan sendiri beratnya sistem administrasi ini.
Saya ingin menceritakan pengalaman saat
menjadi tim relawan Abang Ramelan dan Akang Teddy dalam proses
administrasi bakal calon gubernur independen di DKI Jakarta. Saya
merasakan sendiri bagaimana tingkat kompleksitas dan kesulitan pemenuhan
persyaratan yang ditetapkan oleh KPUD sangat memberatkan para bakal
calon gubernur-wakil gubernur independen untuk bisa melewati tahapan
tersebut.
Untuk bisa lolos sebagai calon Gubernur
dari jalur independen, KPUD mensyaratkan para bakal calon gubernur
untuk mengumpulkan dukungan suara sejumlah 4 % dari total seluruh
penduduk DKI Jakarta. Dengan demikian, para calon harus mengumpulkan
sekitar 407.340 dukungan dari penduduk Jakarta yang keseluruhannya
berjumlah 10.183.498 jiwa.
Namun dukungan suara masyarakat itu
tentu saja bukan hanya merupakan suara semata. Suara dukungan harus
didukung berkas-berkas berupa satu set lembar dukungan yang dilengkapi
KTP, identitas pendukung, tanda tangan pendukung dan paraf bakal calon
gubernur. Berkas dukungan ini kemudian harus dibuat dalam rangkap 3
(tiga) yang peruntukannya adalah KPUD, KPPS dan arsip bagi bakal calon
gubernur itu sendiri.
Dan kompleksitas dari bentuk berkas
dukungan ini belum berhenti sampai di situ. Seluruh berkas dukungan
dari masyarakat yang masuk kepada bakal calon gubernur tersebut harus
direkapitulasi dalam softcopy berupa data excel dan dituangkan dalam bentuk CD sebanyak jumlah kelurahan yang ada di DKI Jakarta.
Kita bisa membayangkan betapa
kompleksnya proses administrasi melengkapi dokumen tersebut. Apalagi
para calon independen ini bukanlah calon yang digerakkan oleh mesin
partai, yang umumnya telah memiliki administrasi yang lebih baik.
Secara logika, syarat berkas dukungan
suara ini sangat sulit untuk dipenuhi dalam waktu yang singkat. Saya
pernah mencoba menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mengumpulkan berkas dukungan suara sebanyak minimal 407.340 dan rangkap
3. Memang nyaris tidak mungkin. Namun tentu bukan sesuatu yang tidak
mungkin. Nothing is impossible.
Akhirnya saya bersama-sama dengan
ratusan relawan di masing-masing kecamatan yang tersebar di seluruh DKI
Jakarta berusaha untuk memenuhi persyaratan dari KPUD. Dukungan yang
diterima mengalir secara individual maupun kolektif seperti dukungan
dari Perguruan Pencak Silat ASAD, Sentra Komunikasi (SENKOM), Warga
Betawi Kemayoran, Keluarga Besar Purn TNI-AU, Istri-istri TNI-AU,
Kelompok Betawi Cakung, Kelompok Betawi dan Sunda di Tanjung Priok,
teman-teman dunia maya, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang
beranggotakan 380.000, dan lainnya dimana setelah dikumpulkan berjumlah
sekitar 629.000, ini merupakan kekuatan pendukung yang sangat besar
bagi calon independen, seluruh rangkaian proses penggalangan dukungan
dilakukan secara tertib administrasi sesuai dengan peraturan yang
dibuat oleh KPUD mulai dari pengumpulan KTP, pengisian form dukungan
suara dari masyarakat yang dibuat rangkap 3 (tiga), hingga entry data
dukungan suara ke dalam softcopy excel.
Saya coba menghitung data dan waktu yang
dibutuhkan. Jumlah foto copy KTP adalah sebanyak 407.340 x 2 : 6 =
135.780 lembar (asumsi 1 lembar kertas A4 bisa menjadi 6 copy KTP).
Untuk kertas form dukungan dibutuhkan sedikitnya 407.340 x 3 : 5 =
244.404 lembar (1 lembar kertas A4 bisa diisi maksimal 5 nama
pendukung). Berarti jumlah minimal kertas yang dibutuhkan adalah 380.184
lembar atau 760 rim. Jumlah yang cukup besar!
Meski berat, kami bersyukur karena dalam
waktu yang minim, para relawan Bang Ramelan dan Kang Teddy berhasil
mengumpulkan dukungan suara jauh melebihi jumlah minimal yang
disyaratkan oleh KPUD. Hal yang paling penting adalah bahwa berkas
dukungan suara tersebut telah dikumpulkan secara tertib administrasi
sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh KPUD.
Pada hari Minggu tanggal 12 Februari
2012, secara simbolis pada pukul 11 pagi pasangan Ramelan-Teddy
menyerahkan surat dukungan dan disc/hard disk kepada panitia
penghitungan suara KPUD DKI Jakarta setelah itu saya bersama seluruh
relawan mengirimkan 450.000 berkas dukungan suara dari 620.000 suara
dukungan yang diterima secara bergelombang kepada KPUD dan telah
diterima secara bertahap. Tepat pada pukul 11 malam, seluruh berkas
dukungan suara telah terkirim dari posko Ramelan-Teddy menuju tempat
perhitungan suara dilaksanakan yaitu Perpustakaan Nasional, dikarenakan
situasi pada malam itu yang turun hujan lebat dan banyaknya massa
pendukung calon lain telah memblokir jalan menuju lokasi perhitungan
mengakibatkan surat suara tidak sampai tepat pukul 00.00 Wib, truk-truk
yang mengangkut sisa suara tidak diperbolehkan masuk dalam kedalam
gedung perhitungan. Truk-truk yang mengangkut suara dukungan tersebut
akhirnya ada sebagian yang kembali ke posko dan ada yang tetap bertahan
di lokasi perhitungan.
Yang sangat kami sayangkan dan sesalkan
adalah statement dari anggota KPUD Jammaluddin yang menyampaikan
kepada media massa pada hari rabu 15 Februari 2011, bahwa KPUD telah
memberikan kelonggaran untuk pasangan calon untuk dapat terus
mengirimkan sisa suaran hingga senin 13 Februari 2011. Mengapa hal ini
tidak disampaikan kepada kami pada malam itu? Atau minimal pagi
berikutnya, hal ini tentunya sangat merugikan suara pendukung
Ramelan-Teddy yang jumlahnya mencapai 450.000 suara. Dimana hal ini KPUD
telah memotong dan menghapus hak konsituen dan mengganggap suara –
suara ini hanyalah kertas belaka!
Menyikapi permasalahan ini kami mencoba
mendatangi Bang Ramelan dan Kang Teddy untuk menanyakan pendapat
mereka. Bang Ramelan rupanya tetap tenang dan dan bijaksana dalam
menyikapi permasalahan ini. Beliau mengatakan bahwa sebaiknya Tim tetap
tenang dan berupaya menyampaikan permasalahan ini secara baik-baik ke
KPUD. Beliau meyakini bahwa sesungguhnya di balik kesulitan ini pasti
ada kemudahan.
Akhirnya, tim relawan berusaha untuk
mengantarkan kembali seluruh arsip berkas dukungan suara yang kami
simpan di posko ke kantor KPUD pada hari Senin malam, 13 Februari 2012.
Harapan kami adalah agar KPUD mempertimbangkan kembali jumlah suara
yang telah dikumpulkan oleh pasangan Ramelan-Teddy. Bagaimanapun juga,
450.000 suara ini merupakan merupakan aspirasi masyarakat DKI Jakarta
yang tidak bisa dinafikkan begitu saja.
Perlu kita ingat bahwa mayoritas anggota
KPUD DKI Jakarta adalah para aktifis pembela rakyat pada rezim
soeharto, yang pantang mundur dan berani dalam menyampaikan aspirasi
rakyat dalam membela hak-hak mereka, pada saat ini tatkala mereka
merupakan bagian dari kekuasaan, mereka dengan mudah melupakan
perjuangan mereka dahulu dan menikmati dalam melakukan penindasan
dengan bentuk yang berbeda, dan yang paling utama adalah melupakan
Ideologi Pancasila pada sila yang keempat “sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan”
dengan tujuh butir, yaitu:
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat;
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama;
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan;
5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah;
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur;
7. Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggung jawabkan secara moral kepada tuhan yang maha esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.
Kami sebagai rakyat Jakarta hanya
mengingatkan dan meminta kepada KPUD yang kami beri wewenang untuk
mengatur hak politik kami. Jangan terlalu sok berkuasa dan memangkas hak
politik kami tanpa memperhitungkan demikian banyak pendukung cagub
independen Bang Ramelan dan Akang Teddy. Pada kesempatan ini kami
berharap semoga permasalahan ini bisa segera diselesaikan dengan
musyawarah mufakat.
1 Komentar
KPU/KPUD memang "GUNTING", kadang bisa jadi "ALAT PENCONTRENG", tak beda sama algojo lah...
BalasHapus