A+

6/recent/ticker-posts

RENUNGAN


Iqra’: Membaca Gejala Alam

Iqra’, berarti membaca ayat .

Ayat, seluruh ciptaan Tuhan dengan segala gejalanya.

Ketika manusia dapat membaca ayat, maka ia akan dapat memprediksi sesuatu yang akan terjadi berdasarkan hasil pengamatannya. Orang seperti ini biasa disebut Wara’, yaitu orang yang dianggap punya kemampuan tingkat tinggi, yang sebenarnya adalah pengetahuan dan kefahaman tingkat tinggi sehinga menjadi arif dan bijaksana.

Gempa tektonik lintas Sumatera, dinilai banyak kalangan miskin informasi, tajuk rencana Media Indonesia juga mengatakan demikian. Meskipun, bagi sementara orang wara’, mungkin sudah terprediksi namun karena akses mereka untuk menggabungkan kefahamannya membaca gejala alam tidak beriringan dengan ilmu pengetahuan para intelektual akademis, sehingga informasi itu hanya menjadi milik mereka sendiri. Dan, ada hal-hal tertentu dalam sikap mereka ketika melihat suatu kejadian, antara lain TIDAK KAGETAN!

Saya bukan intelektual akademisi bidang meteorology maupun geofisika, apalagi wara’ yang dalam masyarakat kita kenal sebagai Warok (pendekar, bahkan penjahat, yang penting punya ilmu kebal). Adalah ketika terjadi gerhana bulan total, suatu gejala astronomi yang sangat ekstrim, saya memperkirakan akan terjadi sesuatu dengan bumi dalam waktu dua minggu mendatang. Kenapa? Karena kejadian ekstrim tersebut juga mengakibatkan perubahan ekstrim gravitasi terhadap bumi. Alam sebagai sebuah susunan system tatasurya magnetic mahabesar ini, pun akan mengalami penyesuaian-penyesuaian akibat perubahan gayatarik (gravitasi). Maka pada lapisan, lipatan atau lempeng bumi yang rawan, akan menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dari diam, stabil menjadi bergerak yang mengakibatkan gempa tektonik.

Tidak berhenti disitu saja, karena gempa tersebut, ada aliran air, aliran mineral dalam tanah, saluran magma yang kemudian mendapatkan akibat. Ada yang tersumbat, namun adakalanya terbuka menjadi lebih lebar, dan ada pula yang sampai keluar menuju permukaan bumi. Cukup bagi kita menjadi catatan, bahwa akibat gempa bumi, terjadi beberapa kasus alamiah yang mengikuti seperti kekeringan yang melanda daerah Yogyakarta, Klaten dan sekitarnya akibat gempa lebih dari setahun lalu dengan banyaknya mata air sumur yang mati. Namun disisi lain, ada saluran yang semestinya aman jika berada didalam perut bumi namun karena terpicu gempa, ditambah terpicu perilaku pengeboran tanah, akhirnya memancar keluar dan mengakibatkan pancaran Lumpur panas seperti di Porong. (panasnya bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik, namun hingga kini belum ada yang berani berpikir kearah tersebut).

Ketika terjadi gerhana bulan total, saya bicara dihadapan teman-teman dan keluarga, bahwa kemungkinan besar dalam minimal 2-3 minggu kedepan akan terjadi gempa tektonik (akibat pergeseran lempeng bumi) yang akibatnya juga bisa menyebabkan gempa vulkanik (akibat letusan gunung). Sebab, dengan pergeseran lempeng bumi yang disertai getaran hebat (gempa), juga memicu aktifitas gunung api. Kemarin (kamis, 13/9) terjadi gempa dengan pusat gempa di Bengkulu, akibatnya dirasakan di sepanjang jalur lintas barat Sumatera hingga ke Padang. Artinya, Gunung Talang dan Marapi serta gunung api tidur lainnya dijalur tersebut, bukan tidak mungkin akan segera memuntahkan lahar atau setidaknya memiliki aktifitas yang meningkat dari biasanya.

Kasus serupa tentu bukan hanya kali ini saja, karena sudah terlalu seringnya wilayah Indonesia terkenan anekarupa bencana alam. Dengan kemampuan memprediksi gejala alam, didukung hasil pengamatan BMG, diharapkan pada masa mendatang kewaspadaan nasional (pandas) terhadap bencana alam akan meminimalisir jumlah korban. (mahar.prastowo@gmail.com)

Tambahan:

Kasus kematian misterius di Kecamatan Ngablak, Kab. Magelang masih menjadi trauma bagi masyarakat sekitar. Namun opini masyarakat luas telanjur dimampatkan dengan keterangan resmi Depkes yang mengatakan bahwa para korban akibat keracunan tempe, meskipun keluarga korban meninggal dan korban sakit yang kemudian sembuh membantah karena merasa tidak mengkonsumsi tempe.

Sayang, bahwa keterangan Depkes tidak didukung bukti hasil analisa laboratorium, namun lebih dikarenakan ”ketidakmampuan” memecahkan persoalan. Atau, jika maksud pemerintah ingin menenangkan masyarakat, mestinya proses penelitian tetap berlanjut agar kejadian tdak terulang lagi atau setidaknya dapat diantisipasi untuk melakukan tindakan preventif.

PR untuk Media Massa, agar dalam memberitakan kasus semacam itu tidak hanya berdasarkan isu yang berkembang di masyarakat atau sekedar menunggu keterangan resmi Depkes. Mungkin akan lebih memberikan manfaat jika media massa bermitra lebih erat dengan lembaga penelitian atau lembaga pendidikan dengan memberdayakan para penelitinya sehingga para akademisi itu pun akan punya sumbangsih lebih nyata ke masyarakat, terpacu menemukan hal baru dan bukan hanya hafalan dari buku karena science selalu berkembang meski basic dan garis besarnya sudah tertuang didalam kitab suci sejak lebih dari 15 abad lalu.



kelana kota

22 Agustus 2007, 16:14:29, Laporan Eddy Prasetyo

28 Agustus

Indonesia Alami Gerhana Bulan Total Selama 5 Jam

SS; Masyarakat Indonesia bakal mengalami fenomena alam tidak biasa pada 28 Agustus 2007 mendatang, yakni gerhana bulan total (full moon eclipse).

Gerhana bulan ini terjadi ketika bulan memasuki bayang-bayang gelap bumi dan fenomena alam yang terakhir dalam tahun ini akan dapat dilihat di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Surabaya.

Dr. TAUFIQ HIDAYAT Kepala Observatorium Boscha ITB pada suarasurabaya.net, Rabu (22/08) mengatakan waktu Indonesia bagian Barat tidak mengalami gerhana bulan total lebih lama dibandingkan waktu Indonesia bagian tengah maupun Timur karena adanya perbedaan waktu.

Untuk Indonesia bagian Barat, kata TAUFIQ, kontak bulan dengan penumbra bumi akan terjadi pada pukul 14.53. Proses awal gerhana bulan ini, ujar TAUFIQ, agak sulit dilihat dengan mata telanjang karena terhalang langit yang masih terang. Kemudian, bulan masuk ke umbra pertama pada pukul 15.51.

Bulan mulai memasuki bayang-bayang gelap bumi atau kontak umbra kedua pada pukul 16.52. Gerhana bulan total akan terjadi 17.51. “Ini bisa dilihat di ufuk Timur. Hanya saja memang tidak sejelas di Indonesia Timur karena saat itu di Indonesia bagian Barat, matahari belum terbenam,” kata TAUFIQ.

Setlah mengalami gerhana bulan maksimum, bulan mulai keluar dari bayang-bayang gelap bumi pada pukul 18.22 dan keluar sempurna dari bayang-bayang gelap bumi pada pukul 20.21.

Singkatnya, jelas TAUFIQ, di Indonesia, gerhana bulan ini akan terjadi dalam durasi sekitar 5 jam. “Ini lebih lama dari gerhana bulan terakhir pada awal Maret 2007 lalu,” ujar dia.

Ditegaskan TAUFIQ, gerhana bulan ini tidak akan menimbulkan dampak-dampak negatif pada bumi.(edy)


Posting Komentar

0 Komentar