A+

6/recent/ticker-posts

Simfoni Luar Biasa [Jaiden’s Choir], Balada Anak-anak Terlupakan

“Sebelum menjadi filmmaker, saya tertarik dengan kehidupan anak-anak cacat dan berkebutuhan khusus. Saya merasa tersentuh ketika menyaksikan seorang konduktor Beijing Orchestra Simfony, ia penderita down syndrome, namun dapat melakukan sesuatu yang luar biasa di hadapan ribuan penonton.” -Delon Tio, Managing Director Nation Pictures, Produser Film Simfoni Luar Biasa (SLB) yang akan dirilis dalam Bahasa Inggris dengan judul “Jaiden’s Choir”.

Tak hanya mengejar rating penonton, film Simfoni Luar Biasa (Jaiden's Choir), sekaligus persembahan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang selama ini dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai kelompok yang beda. Delon, dengan film ini berharap publik sadar bahwa mereka adalah anak-anak sebagaimana yang lain, bahkan anak-anak tersebut dapat melakukan hal-hal luar biasa. Kalau Beijing Orchestra Simphony bisa bermain orchestra di depan ribuan public, maka film ini akan dijadikan untuk menggugah emosi jutaan penonton.

Untuk menggarap Film ini, Delon sangat selektif dalam memilih para pemainnya. Terutama untuk pemeran anak-anak berkebutuhan khusus. Selain melalui casting yang ketat, juga dilakukan pendampingan oleh psikolog yang juga terapis anak-anak berkebutuhan khusus. Hal itu dilakukan agar mendapatkan karya film yang tak hanya inspiratif, namun unsure komedi dan sisi dramatiknya muncul secara natural.

Casting 
Karena terinspirasi dari Beijing Orchestra yang mengaduk-aduk emosi penonton, di film Simfoni Luar Biasa, selain memasang aktris-aktris sinema ternama seperti Ira Maya Sopha dan Ira Wibowo, juga menggandeng penyanyi asal Philipina yang popular di Indonesia, Christian Bautista. Christian akan menjadi instruktur musik bagi anak-anak cacat.
Untuk mendapatkan peran anak-anak cacat inilah, Delon selaku Produser mensyaratkan anak-anak yang bisa menyanyi. Maka dari proses seleksi yang panjang, didapatkan 3 anak yang ternyata sama-sama penyanyi bertalenta didikan Ully Sigar Rusadi di Super Bintang. Sehingga ketiganya sudah akrab dan mudah untuk saling berimprovisasi.

“Kita mencari yang punya skill menyanyi daripada acting. Karena menyanyi lebih susah diajari daripada acting, dan tidak setiap orang punya bakat menyanyi, jadi waktu kita casting anak-anak ini, mereka bisa menyanyi, dan ketika anak-anak ini kita uji dalam paduan suara, semuanya serasi, saya senang karena lepas satu kekhawatiran saya, untuk menyatukan anak-anak bernyanyi, itu kan sangat susah, tapi begitu kita dengar mereka nyanyi, wow, hebat.” Ujar Delon.

Ketiga anak-anak yang akan berperan sebagai anak-anak cacat berbakat itu adalah Sindhy Rossa, Devira Putri dan Paramitha Pradestina.

Sindhy Rossa (Sindhy)
“Aku seneng banget bisa dapat peran, apalagi menantang banget dan melalui seleksi yang ketat. Disini aku jadi bisa memahami bagaimana perasaan anak-anak cacat, kebetulan aku berperan sebagai anak celebral palcy.” Ujar Sindhy, demikian panggilan akrabnya, siswi kelas 8 SMP PGRI I Ciputat ini adalah anak berprestasi di sekolahnya. Bergabung di sekolah musik Vidi Vici dan Super Bintang arahan Ully Sigar Rusadhy membuat anak ini berkesempatan menyanyi dari panggung ke panggung di berbagai event local maupun nasional, bahkan event internasional seperti KTT Bumi-UNFCC. Bagaimana dengan kemampuan aktingnya? Kita tunggu remaja kelahiran 2 April ’98 ini dilayar lebar awal tahun depan.


Devira Putri (Rara)
“Di film ini aku dapat peran sebagai anak cacat kaki, ternyata nggak enak jadi anak cacat, aku berharap sih semua orang mau mengerti dengan kondisi anak-anak cacat, terutama down syndrome. Karena mereka juga anak-anak seperti kita-kita.” Demikian Rara, siswi pada sekolah Vokal Purwacaraka dan bergabung di Super Bintang sejak 2007. Putri pasangan Pudjo Handoyo-Tjandrawati kelahiran 3 Mei 2000 ini hobi menyanyi, modeling dan menari.





Paramitha Pradestina (Mitha)

“Tantangan peran di film ini lumayan, soalnya aku harus jadi anak autis hiperaktif yang suka jahil sama teman-teman lainnya. Tapi aku jadi lebih mengerti dengan kehidupan anak-anak cacat. Mereka itu mau kok berusaha jadi seperti anak-anak lainnya, bahkan banyak yang bisa berprestasi.” Ujar Mitha. Remaja kelahiran 21 April 1998 ini, adalah siswa berprestasi di kelas VI Sekolah Dasar Standard Nasional Pesanggrahan 10, Jakarta Selatan. Ia putri bungsu 3 bersaudara, dari pasangan dosen Erasmus Taalcentrum Drs. Saminto, M.A dengan Dwi Restu Adiyanti, B.A. Mitha bergabung dengan Sekolah Musik Vidi Vici “SUPER BINTANG” sejak 2007.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Film yang mengandung filsafat hidup, pendidikan dan mengangkat kepedulian terhadap anak-anak berkeburuhan khusus. Patut kita tunggu. Sukses semuanya.

    BalasHapus
  2. I used to be able to find good info from your content.

    my web blog: Diet Plans for Women to Lose Weight

    BalasHapus