Oleh Mahar Prastowo
Jakarta, Lantai 28, Best Western Kemayoran. Dari ketinggian ini, kota Jakarta terlihat seperti taburan cahaya dalam kelambu malam. Tapi bukan pemandangan kota yang jadi pusat perhatian malam ini. Di sinilah, di lantai 28, digelar sebuah acara yang mungkin bagi banyak orang terasa biasa saja: peringatan ulang tahun ke-3 PJS, organisasi wartawan siber yang sejak awal berdiri bukan untuk sekadar berkumpul, tapi untuk menjawab tantangan zaman: menjadikan wartawan sebagai profesi yang berkompeten, profesional, dan (ini yang berat) penuh integritas.
Suasananya riuh tapi hangat. Seperti reuni keluarga besar yang sudah lama tak bersua. Ada tawa, ada tepuk tangan, dan ada sambutan-sambutan yang kadang meluber ke mana-mana, tapi jujur dan menyentuh.
Mimpi Itu Bernama PJS
Ketua Umum PJS, Mahmud Marhaba, berdiri di panggung dengan gaya khasnya. Tenang. Tapi penuh muatan. Ia menceritakan mimpi membangun rumah besar bagi para wartawan siber. Bukan sekadar organisasi. Tapi tempat berteduh dan tempat belajar. “Kami memulainya dari ruang sempit, tapi dengan pikiran luas,” katanya.
Mahmud adalah putra Kendari yang hijrah ke Jakarta. Ia bukan hanya datang membawa harapan, tapi juga kerja keras. “PJS ini rumah kita. Dan rumah ini akan terus kita bangun bersama,” ujarnya, disambut tepuk tangan yang menggema di seluruh ruangan.
PJS Award dan Penghormatan untuk Jurnalis Senior
Malam itu, juga diserahkan penghargaan PJS Award 2025. Nama-nama seperti Arifin Rusdi, Ricky Permana, Erwin Sinulingga, dan Wenki menerima kartu kehormatan jurnalis senior. Ini bukan sekadar kartu. Tapi simbol penghargaan atas kerja panjang dan konsistensi mereka di dunia pers sedikitnya 5-25 tahun mendedikasikan diri di bidang jurnalistik. Wah saya paling tua, ini. Karena tahun ini 32 tahun saja berada di jalan pena ini.
Bagi Mahmud dan para pengurus, penghargaan ini bukan seremoni. Ini adalah pernyataan sikap bahwa PJS ingin berdiri tegak di tengah dunia media yang kerap tergoda klikbait dan konten pesanan.
Dari Bombana hingga Babel, dari BAZNAS hingga Antam
Hadirin datang dari berbagai penjuru. Bupati Bombana, Burhanudin MSI, hadir bersama istri. Komisioner BAZNAS, Sekda Riau, Sekda Babel, hingga direksi dari BUMN seperti Brantas Abipraya dan Antam ikut menyaksikan malam yang bagi PJS adalah tonggak sejarah.
Malam ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah pelajaran tentang bagaimana menyatukan langkah, meski terpencar jarak.
Farid Al Jawi: Media Harus Jadi Penyeimbang, Bukan Penghasut
Dewan Penasehat PJS, Farid Al Jawi, menyampaikan pidato yang membuat banyak orang mengangguk dalam diam. "Media kita hari ini lebih banyak jadi pelayan pesanan. Bukan penyampai edukasi," tegasnya. Farid menyentil banyak hal: dari kekangan birokrasi, pasal-pasal karet, hingga media yang kehilangan fungsi mendidik.
Ia menyerukan agar PJS menjadi pembeda. Menjadi media yang mendidik, bukan menyesatkan. Menurutnya, negara ini terlalu kaya untuk jadi miskin. Dan terlalu besar untuk dikerdilkan oleh narasi-narasi yang dangkal,.
Dan Esok: UKW, Jalan Menjadi Kompeten
Perayaan HUT ini tak berhenti di malam penganugerahan. Esok, pada 14 dan 15 Mei, akan digelar Uji Kompetensi Wartawan (UKW). Sebuah proses yang tak hanya menggugurkan formalitas, tapi menjadi penegasan bahwa wartawan tidak bisa lagi menjadi pekerjaan sambilan. Wartawan harus belajar, menguji diri, dan terus tumbuh.
“Kalau bisa lulus, bagus. Kita berempat dari Pekalongan dengan semangat mengikuti UKW untuk turut menjaga marwah media,” kata seorang peserta dari Pekalongan, Karnadi Laheng, jurnalis liputan4 yang malam itu duduk di barisan belakang.
Itulah PJS: organisasi yang lahir dari mimpi, bertumbuh dalam tantangan, dan kini berdiri menyambut masa depan.
Bukan untuk jadi yang terbesar. Tapi untuk jadi yang berintegritas.
Catatan akhir:
Di antara semua sambutan, sorotan, dan kilatan kamera malam itu, ada satu hal yang tidak pernah disebutkan langsung tapi terasa hadir kuat: bahwa hari ini, di dunia yang penuh distraksi, masih ada orang-orang yang percaya bahwa jurnalisme bukan sekadar pekerjaan, tapi panggilan. Dan malam ini, mereka merayakannya di lantai 28, bersama langit Jakarta.
0 Komentar