Header Ads Widget

Header Ads

A+

6/recent/ticker-posts

IKIGAI KYOKUSHIN WARRIOR 2: Saat Fisik Diuji, Jiwa Ditempa



Saya tidak tahu persis berapa kali Jakarta Timur menjadi tuan rumah kejuaraan karate internasional. Tapi yang satu ini beda. Bukan karena jumlah pesertanya yang mencapai 250 orang dari 9 negara. Bukan juga karena kehadiran bintang tamu dunia karate, Dahiyo Masanaga Nakamura. Tapi karena semangat di baliknya.

Semangat yang sederhana namun mendalam: ikigai.

Dunia beladiri tidak asing bagi saya. Ketika euforia beladiri ditangkap televisi nasional, awal tahun 2000an, saya terlibat di dalamnya. Kemudian diajak almarhum DR. Manahan Situmorang, Ketua Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) dan tokoh ikonik beladiri, menerbitkan FIGHT. Media cetak khusus olahraga beladiri, mengupas berbagai hal tentang beladiri, terutama yang ditayangkan di tv kala itu: GTPI (GelarTinju Profesional Indosiar), UFC, K1, MMA.

Sejenak kita tengok acarabeladiri di layar kaca kala itu:

Indosiar – “Gelar Tinju Profesional Indonesia (GTPI)”.
Disiarkan langsung (live) dari studio atau gedung olahraga. Sering kali berlangsung di berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, dan Makassar. Produksi bersama promotor lokal dan Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PERTINA).

Ciri Khas GTPI, disiarkan secara rutin setiap minggu, terutama malam Minggu atau Minggu malam. Menampilkan pertandingan kelas ringan hingga kelas berat. Sering menampilkan petinju nasional seperti Chris John, Hermanus Weber, Ongen Saknosiwi, hingga Daud Yordan di masa awal. Dipandu oleh komentator khas Indosiar seperti Alfito Deannova, dengan gaya penyiaran dramatis dan sinematik.

GTPI menjadi salah satu program olahraga bela diri paling berumur panjang di TV Indonesia, dan pernah mengangkat popularitas tinju nasional ke level mainstream.

TPI – UFC dan K-1 (Kickboxing Jepang)

UFC (Ultimate Fighting Championship) sempat tayang di TPI dalam bentuk rekaman pertandingan, bukan live. Demikian juga K-1 World Grand Prix, yang menjadi andalan karena aksi full contact-nya yang keras dan spektakuler. Tayang malam hari (pukul 22.00 ke atas), biasanya mingguan. Narasi Indonesia over dubbing, menjelaskan teknik dan gaya bertarung.

Pertarungan UFC yang ditampilkan umumnya dari edisi awal (UFC 1–20-an), saat pertarungan masih lebih bebas, sebelum diberlakukan unified rules. Meskipun tidak disiarkan langsung, TPI menjadi pelopor yang membawa MMA/UFC ke penonton Indonesia saat masih asing bagi publik umum.

RCTI – Laga Tangkas dan Bela Diri Event Khusus
Laga Tangkas: acara bela diri indoor yang dibuat seperti reality show kompetitif. Disiarkan dari studio atau aula yang didesain seperti arena gladiator, lengkap dengan lampu-lampu dan tata suara dramatis. Menggabungkan unsur drama laga dan olahraga. Peserta berasal dari berbagai latar belakang bela diri: pencak silat, karate, tae kwon do, bahkan bela diri jalanan. Ada alur cerita dan karakter petarung, kadang diberi julukan seperti “Harimau Timur”, “Si Elang Putih”, dll.

Beberapa jagoan dan master beladiri hari ini, dulu pernah bersentuhan dengan setidaknya laga di tv-tv swasta nasional tersebut. Entag sebagai petarung, official atau penonton setia.


Kembali ke Titik Nol

Saya sudah sore jelang senja datang ke Kampung Tengah, Kramatjati. Lokasinya: Café Pondok 47. Bukan gedung olahraga. Bukan aula hotel. Tapi justru tempat ngopi—yang diubah menjadi arena dialog dan sparing karate dunia.

Di tengah mereka berdiri Nakamura.  Sosoknya sempat saya lihat sekilas, tenang dan matanya tajam. Dialah yang memimpin seminar olah jiwa kyokushinkai bertajuk: “Meningkatkan Teknik dan Mental Juara."

Satu hal yang langsung terasa: ini bukan seminar biasa. Dialog langsung dipraktikkan dengan pendalaman materi, sekaligus menjiwai.

“Karate is not a game. It is a way to live your life with meaning.”

Makna. Itulah ikigai.


Ikigai, Filosofi dalam Tendangan

Bagi orang Jepang, ikigai itu alasan untuk bangun pagi. Sesuatu yang membuat hidup berarti. Bisa keluarga. Bisa pekerjaan. Bisa juga—karate.

Dan bagi para peserta turnamen IKIGAI KYOKUSHIN WARRIOR 2, hidup mereka hari itu berpusat pada satu tempat: Gedung Serbaguna Museum Purna Bhakti Pertiwi. Di situlah mereka akan menguji batas tubuh dan jiwa.


Full Contact, Full Respect

Kyokushin bukan karate biasa. Ini full contact. Di atas matras, tidak ada basa-basi. Tendangan langsung ke perut. Pukulan ke dada. Tapi juga... tidak ada hinaan. Tidak ada teriakan arogan. Bahkan wasit pun menunduk sebelum mulai.

“Karate yang keras di luar, lembut di dalam.” Setidaknya itu semangat yang pasti, bahwa para petarung bisa bertarung sekeras dia mau, tanpa jadi petarung jalanan.


Bukan Soal Menang, Tapi Bertumbuh

Salah satu momen paling membekas justru datang dari kategori veteran. Peserta berusia kepala lima (dari usia 48 tahun keatas). Tapi ketika selesai, kedua petarung berpelukan. Penonton berdiri memberi tepuk tangan. Saya ikut berdiri. Karena hari itu saya belajar, bahwa kalah di karate itu biasa. Yang luar biasa adalah tetap berdiri, meski nafas sudah setengah.

Turnamen ini lengkap. Ada kata, ada kumite, ada kategori anak-anak, remaja, dewasa, hingga veteran. Bahkan ada Weapon Kata. Mungkin satu-satunya di Indonesia yang mengizinkan jurus dengan senjata tradisional dalam event internasional.


Satu Langkah Kecil untuk Dunia Karate


Saya menyimak ucapan Jesse Chandra, Ketua Dewan Penasehat IKO Nakamura Indonesia. Tentang  cita-cita besar dari semua ini?

Jawabannya tidak mengejutkan, tapi menggetarkan.

“Turnamen ini adalah awal. Kita ingin menjadikan Indonesia sebagai episentrum Kyokushin Asia Tenggara. Dan ini baru permulaan.”

Saya percaya itu. Karena saya melihat sendiri bagaimana Senpai Ristian, ketua panitia, dari dojo di Cipayung bisa menyatukan petarung dari sembilan negara dalam satu semangat.


Kata Penutup: Karate, Bukan Sekadar Pukulan

Di Jakarta Timur, karate menemukan kembali akarnya. Di Pondok 47 Kampung Tengah, Kramatjati, di mana petarung belajar menundukkan ego. Di TMII, kemenangan bukan hanya soal sabuk dan piala, tapi tentang keberanian melawan diri sendiri.

Itu sebabnya saya ingin menulis ini. Karena dari semua headline dunia hari ini, hanya sedikit yang mengajarkan tentang hidup. Dan salah satunya adalah: IKIGAI KYOKUSHIN WARRIOR 2.


Catatan Tambahan:
- Jika Anda punya anak yang keras kepala, suruh ikut karate.
- Kalau makin keras kepala, suruh ikut Kyokushin.


__________
Penulis menyajikan tulisan tentang beladiri, karena di situlah tempat kita belajar: tentang tubuh, pikiran, dan semangat yang tak pernah menyerah.


 

Posting Komentar

0 Komentar