![]() |
Kolase Foto: Agus Wiebowo |
Oleh Mahar Prastowo
A+
Bekasi, 6 Juni 2025. Hari itu Jumat. Masjid masih penuh selepas Shalat Id. Panitia sibuk. Anak-anak berlarian. Sapi terakhir baru saja direbahkan. Gema takbir masih tersisa di udara Kayuringin Jaya, Bekasi Selatan, ketika satu demi satu hewan kurban diturunkan dari truk.
Tahun ini, Pimpinan Anak Cabang (PAC) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) kelurahan Kayuringin Jaya memotong 129 ekor hewan kurban, terdiri atas 69 sapi dan 60 kambing, tersebar di dua titik utama: Kompleks Masjid Baitul Haq dan Masjid Baitussalam.
Menurut H. Suroso, Ketua PAC LDII Kayuringin Jaya, jumlah ini meningkat dibanding tahun lalu. “Alhamdulillah, ini berkat kekompakan warga. Semuanya hasil urunan warga dan jamaah,” ujarnya. Pemotongan dilakukan usai salat Id, disaksikan pejabat setempat dan tokoh masyarakat.
Tapi bukan itu yang paling menarik.
Yang paling menarik adalah setelahnya: makan bersama. Daging segar yang baru dipotong langsung dimasak oleh ibu-ibu dan remaja putri. Sate, tongseng, dan gulai jadi menu makan siang warga hari itu. Sambil duduk lesehan di halaman masjid, mereka menikmati hari raya sebagai satu keluarga besar. “Kurban itu bukan cuma soal menyembelih, tapi juga tentang menyatukan,” kata seorang panitia sembari menyuapkan sate ke mulut anaknya yang duduk di pangkuan.
Dan memang itulah pesan kurban yang sebenarnya.
---
Makna Kurban: Bukan Sekadar Menyembelih
KH Chriswanto Santoso, Ketua Umum DPP LDII, mengatakan bahwa kurban adalah puncak dari ibadah sosial dan ibadah personal. "Ini bukan hanya menyembelih hewan, tapi menyembelih ego, ambisi, dan keinginan pribadi demi mendahulukan perintah Allah," ujar Chriswanto dalam pernyataan resminya di Jakarta.
Ia menyitir kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Dua tokoh kunci dalam sejarah peradaban Islam. “Pola pendidikan Nabi Ibrahim sangat kuat dalam menanamkan nilai-nilai tauhid dan akhlak sejak dini. Nabi Ismail tidak hanya taat kepada ayahnya, tapi juga kepada Tuhan-nya,” jelasnya.
Dalam konteks kekinian, Chriswanto mengingatkan bahwa pendidikan anak yang tidak dilandasi nilai agama berisiko melahirkan generasi yang kehilangan arah. “Ketika mereka mendapat tongkat estafet kepemimpinan, mereka bisa saja melupakan rakyat karena tak punya rasa takut kepada hisab Allah,” tegasnya.
---
LDII dan Data Kurban Nasional
LDII adalah salah satu organisasi Islam yang paling aktif dalam pelaksanaan kurban. Berdasarkan data yang dihimpun hingga 6 Juni 2025 pukul 15.00 WIB, total hewan kurban dari warga LDII mencapai 34.302 ekor, terdiri atas:
* 18.215 sapi
* 20 kerbau
* 16.067 kambing
Data itu dikumpulkan dari lebih dari 3.000 lokasi salat Id di seluruh Indonesia. Angka ini belum final, karena pendataan masih terus berlangsung.
Bandingkan dengan data tahun-tahun sebelumnya:
* Tahun 2022: 42.646 ekor
* Tahun 2023: 47.341 ekor
* Tahun 2024: 50.460 ekor
Tahun ini memang belum sebanyak tahun lalu, tetapi dinamika ekonomi bisa menjadi faktor, dari inflasi hingga harga pakan ternak yang naik di awal tahun. Namun makna kurban tetap tak berkurang.
---
Kurban yang Hidup, dari Bekasi ke Seluruh Negeri
Di tengah ingar bingar politik dan keributan medsos, Kayuringin Jaya memberi pesan yang tenang: kurban tetap hidup. Tak perlu panggung besar, tak perlu viral. Yang dibutuhkan hanya niat yang lurus, sapi yang sehat, dan ibu-ibu yang pandai masak.
“Kurban itu bukan kompetisi. Ini soal ibadah dan keikhlasan,” kata H. Suroso sambil memandangi tenda pembagian daging yang baru saja ditutup.
Bisa jadi tahun depan, jumlah hewan kurban naik lagi. Tapi lebih dari itu, semoga naik juga jumlah anak-anak yang paham kenapa Nabi Ismail tak lari saat diminta menjadi kurban. Karena di situlah letak kemenangan sesungguhnya.
---
0 Komentar