NewMedia | Industri pertanian adalah salah satu kunci terciptanya ekonomi hijau, ekonomi yang ramah alam. Simak 13 langkah menghijaukan sektor terpenting di negara agraris ini.
Sektor pertanian selama ini bertanggung jawab atas 14% emisi gas rumah kaca global. Jika digabung bersama sektor kehutanan, sumbangan gas rumah kaca kedua sektor tersebut bisa mencapai 33%.
Industri pertanian juga menjadi salah satu penyebab utama perubahan fungsi lahan, memicu penggundulan hutan.
Sektor pertanian yang dikelola secara berkelanjutan akan membawa banyak manfaat yaitu menjamin keamanan pangan, kelestarian alam, penyerapan karbon, menciptakan lapangan kerja dan kehidupan yang lebih layak.
Sektor pertanian yang ramah alam juga bisa memerbaiki kerusakan alam, mengembalikan kesuburan tanah, fungsi lahan resapan dan menciptakan habitat bagi keanekaragaman hayati.
Di luar pembangunan infrastruktur, upaya menghijaukan industri pertanian berperan penting untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Investasi di sektor pertanian menjamin keamanan gizi, keamanan pangan serta kesejahteraan masyarakat sekaligus mengurangi emisi dan dampak negatif pemanasan global.
Semua manfaat itu bisa diraih dengan mengikuti 13 langkah berikut:
1. Mengurangi jarak antara lahan pertanian dengan konsumen. Di negara maju, produk-produk pertanian seringkali harus menempuh jarak ribuan kilometer sebelum sampai di meja makan. Dengan mengurangi jarak antara lahan pertanian dan konsumen, konsumen akan bisa menikmati produk yang lebih segar dan sehat, sekaligus mengurangi emisi karbon di perkotaan.
2. Meningkatkan dan mengelola kesuburan tanah, dengan cara mengurangi pupuk kimia dan pestisida untuk beralih ke sistem pertanian organik.
3. Memanen dan menggunakan air secara lebih efisien. Dua proses tersebut bertujuan untuk menghemat energi dan air untuk irigasi dan kebutuhan rumah tangga.
4. Mengurangi dampak negatif peternakan terhadap lingkungan. Hal ini bisa dilakukan salah satunya dengan mengolah limbah peternakan menjadi energi seperti biogas.
5. Mengembalikan fungsi predator dan penyerbuk alami, dengan menjaga habitat dan keanekaragaman hayati.
6. Menciptakan berbagai program sosial guna meningkatkan daya tahan ekonomi masyarakat dan petani miskin diantaranya melalui sistem jaring pengaman sosial.
7. Memerkuat pasar dan manajemen risiko pertanian. Di negara agraris, menciptakan pasar yang kuat bisa dilakukan dengan mengembangkan pasar dalam negeri dan pasar ekspor, melindungi petani dari produk-produk pertanian impor yang biasanya tidak sehat dan ramah lingkungan.
8. Memerkenalkan sistem pertanian cerdas yang ramah iklim (climate smart agriculture), dengan cara mengelola lahan dan limbah pertanian secara hijau. Misal dengan tidak membakar limbah pertanian sembarangan. Mengubah limbah pertanian menjadi energi dengan bantuan teknologi dan sistem manajemen lahan.
9. Menjaga sumber genetik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian melalui bantuan riset dan pengembangan.
10. Mencegah hilangnya produk paska panen, dengan memerbaiki sistem transportasi produk-produk pertanian.
11. Memerbaiki teknologi pemrosesan produk-produk pertanian, sehingga produk pertanian bisa lebih awet dan bernilai ekonomi.
12. Mengubah pola makan, dengan memilih bahan-bahan makanan yang ramah lingkungan (sustainable diets). Misal dengan memilih daging dan sayuran organik lokal yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon.
13. Mengurangi makanan dan bahan makanan yang terbuang. Banyak dapur rumah tangga dan restoran di negara maju yang masih membuang sisa-sisa bahan makanan atau makanan yang sudah jadi. Hindari membuang makanan dan bahan makanan sembarangan. Ingat, di negara miskin terutama di wilayah Afrika, masih banyak penduduk dunia yang kelaparan. Konsumsi makanan dan bahan makanan secara efektif dan efisien.
Ketigabelas langkah tersebut penting untuk menciptakan sistem pertanian yang ramah lingkungan. Ayo ciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan. Ayo kembali ke alam dengan sistem pertanian organik.
Data-data dalam artikel ini diambil dari laporan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) berjudul Working towards a Balanced and Inclusive Green Economy, yang diterbitkan Desember, 2011.
Redaksi hijauku
0 Komentar