A+

6/recent/ticker-posts

Kaki Tangan Dajjal Mencengkeram Indonesia

Bedah Buku
Kaki Tangan Dajjal Mencengkeram Indonesia
Budaya Materialisme Budak Dajjal
Belakangan khasanah pustaka kita dibanjiri buku-buku bertemakan akhir zaman. Bahasannya seputar: Dajjal, Armageddon dan Zionisme. Di antara karya yang cukup fenomenal adalah buku yang ditulis oleh Amin Muhammad Jamaluddin, Umur Umat Islam dan Huru-hara Akhir Zaman. Tulisan lain yang cukup menyedot perhatian adalah dua karya Muhammad Isa Dawud yang populer: Dajjal akan Muncul dari Segitiga Bermuda dan Imam Mahdi Sang Penakluk.
Penulis lokal pun tak ketinggalan memenuhi khazanah perbukuan dengan bertema yang sama. Di antaranya tulisan Wisnu Sasongko Armageddon, Peperangan Akhir Zaman. Juga tulisan Rizky Ridyasmara, Ksatria Templar, yang menceritakan tentang peperangan akhir zaman. Bahkan sinetron Deddy Mizwar Kiamat Sudah Dekat, ratingnya laris manis. Dan terus berseri.
Fenomena di atas bukan hanya terjadi di negeri ini. Di beberapa wilayah lainnya –khususnya Timur Tengah—juga cukup marak orang memperbincangkan tema fitnah dan petaka akhir zaman ini. Bahkan untuk Huru-Hara Akhir Zaman dalam edisi Arab mendapatkan respon yang luar biasa, baik yang mendukung maupun yang mengecam. Hal itu sangat logis, mengingat objek dan kejadian yang dibahas sangat dekat dengan lingkungan sekitar mereka. Nampaknya ini bukan suatu kebetulan, meski perbantahan ada di antara masing-masing penulis, tapi semua sepakat pada satu muara: Kita hidup di akhir zaman.
Menurut Ust Abu Fatiah Al-Adnani, spesialis penulis buku-buku tentang akhir zaman,
Pada prinsipnya pada buku-buku itu di sana ada kebaikan walau tak tertutup ada kesalahan. “Saya yang termasuk agak terinspirasi dengan buku-buku seperti itu. Kita perlu meluruskan mana yang perlu dikonsumsi dan mana yang mendapat catatan. Terutama hadits-hadits dhoif yang hampir semuanya dijadikan rujukan,” katanya ketika ditanya eramuslim.com seusai roadshow bedah buku Kaki Tangan Dajjal Mencengkeram Indonesia, Ahad 26 Agustus 2007 di Masjid Al-Amin Secang Magelang Jawa Tengah.
Fitnah Dajjal memang luar biasa, sebagaimana Rasul saw mengabarkan: “Sesungguhnya sebelum terjadinya hari kiamat, akan timbul berbagai fitnah bagaikan sepotong malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seseorang masih beriman, tetapi pada sore harinya telah menjadi kafir. Pada sore harinya beriman, tetapi pada pagi harinya telah kafir. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik dari yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik dari yang berlari. Karena itu pecahkanlah kekerasanmu, potonglah tali busurmu dan pukulkanlah pedangmu ke batu (yakni jangan kamu gunakan untuk memukul dan membunuh manusia). Jika salah seorang di antara kamu terlibat dalam urusan (fitnah) itu, maka hendaklah ia bersikap seperti sikap terbaik dari dua orang putra Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil).” Musnad Ahmad 4:408 hadits ini juga dishahihkan oleh Al-Bani dalam Shahih Al-jamius Shagir 2:193 hadit nomor 2045.
Orang yang duduk lebih baik dari yang berdiri, Menurut Abu Fatiah Al-Adnani,
mereka yang semakin sedikit itu lebih aman. Dirinya mengambil contoh sekarang saja ketika kalau keluar rumah kemaksiatan mengepung. Jangankan keluar rumah, di dalam rumah saja begitu kita menyetel tv, iman kota bisa rontok. “Orang yang tinggal di rumahnya yang terletak pegunungan sehingga jauh dari keramaian, fitnahnya relatif jauh lebih sedikit,” jelasnya.
Penulis yang tergabung dalam kelompokk telaah Kitab Ar Risalah ini menerangkan, “Mereka yang terlibat dengan dunia seperti itu, pasti akan terkena. Kalau saya tinggal di gunung lalu dibandingkan dengan seorang menteri, resiko terkena fitnahnya bagaimana? Ya, mesti Menteri yang lebih besar kena fitnahnya, karena saya tidak punya peluang. Tapi karena dia terlibat. Kata bang Napi, tidak sekadar ada niat tapi juga kesempatan.
Nah mungkin saya punya niat korupsi, tapi tidak ada peluang. Begitukan?”
Maka pilihannya, sebelum kita diuji dengan fitnah, yang hebat, sebaiknya mundur. Sebab kalau sudah terlanjur akan berat untuk meninggalkannya. Kalau belum masuk enteng meninggalkannya. Hal ini pernah diakui oleh seseorang dalam diskusi bukunya yang diterbitka Penerbit Granada Mediatama. Waktu itu moderatornya itu pelaku. “Ya sampeyan belum pernah nyicipi, jadi enak ngomongnya,” kata moderator itu ditujukan kepada Fatiah.
Ketika Rasul ditanya, manusia mana yang terbaik. Rasulullah saw menjawab, Muminun yujahidu binafsihi wa maalihi. Orang mukmin yang berjihad dengan harta dan jiwanya. Kemudian siapa lagi? Yakni, orang mukmin yang tinggal di puncak-puncak gunung, yang dia meninggalkan manusia, kemudian dia konsentrasi ibadah kepada Allah. Jadi manusia terbaik di akhir zaman cuma dua. Kalau dia punya kemampuan bergaul dengan manusia dia punya kemampuan amar makruf nahy munkar, silakan mencampur. Tapi, kalau tidak kuat, silakan ke puncak gunung. Karena kalau juru dakwah beruzlah, itu bahaya. Tapi, kalau cuma sipil, rakyat biasa, maka jangan tinggal di tempat-tempat yang mengundang fitnah. Resikonya lebih besar.
Dirinya menyarankan, kalau kita tidak punya kemampuan sedangkan resikonya terlalu besar, lebih baik pulang kampung. Daripada di perkotaan tapi rezekinya tidak halal. Tanya saja kepada mereka yang terlibat prostitusi, “Mas sudah kadung basah, di rumah juga siapa yang menghargai. Saya sudah terlanjur hitam,” itukan jawabannya.
Bagaimana solusinya. Menurut ayat 4 orang anak ini, kalau berbicara tentang dajjal, baik itu secara fisik, maupun fitnah, rasul memberikan ancer-ancer.
Pertama, Rajin membaca doa setiap kali shalat. Yang lebih penting dengan memaknai doa tersebut. Allahuma inni a’udzubika min adzabi jahannama wa min adzabi qabri wa min fitnatil mahyaa wa mamaati wa min syarri fitnatil masiihid dajjal. (Shahih Muslim)
Kedua, siapa yang membaca 10 ayat pertama surat Al-Kahfi, dia akan diselamatkan dari Dajjal. Kita disunnahkan untuk membaca surat Kahfi setiap malam Jumat. Yang biasa Yaasinan boleh diganti. Karena dalilnya jelas. Kalau seseorang membaca surat Kahfi setiap malam Jumat, maka Allah akan sinari dia dengan cahaya. Kalau kita hafal maka enak, tidak perlu buka Al-Qur’an lagi. Ada yang menyebut 10 ayat pertama ada yang menyebut 10 ayat terakhir. Tapi yang terkuat adalah sepuluh ayat yang pertama. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.
Ketiga, Kalau sanggup, pindah ke kota Madinah. Karena di sana nanti akan menjadi pusat keimanan. Kalau tidak, kata Rasul saw—lari ke gunung-gunung. Maknanya ada dua, satu, gunung betulan, karena jauh dari perkotaan. Yang relatif jauh dari fitnah. Kedua, kita adakan sistem masyarakat, kita bikin semacam Islamic Village. Satu komplek muslim semua, shalat semua. Jadi masyarakat umum, gaya hidupnya pesantren, suasananya Islami. Anak-anak dan istrinya terjaga dari fitnah. Dengan begitu kita berharap anak-anak kita akan lebih terjaga.
Keempat, kalau semua usaha sudah dicoba, ternyata dikejar-kejar Dajjal juga. Sudah baca doa masih kena, lari ke gunung masih dikejar, sudah hafal surat kahfi, masih tidak mempan. Dajjal menawarkan air dari sungainya dan disodorkan kepada kita apinya dengan nyata, maka Rasul saw mengajarkan. Tutuplah kedua matamu dan masuklah ke apinya dajjal, sesungguhnya apinya dajjal itu akan dingin. Sedangkan sungainya justru neraka yang membakar.
Tapi, kita sekarang ini sudah terkena budaya materialisme, apa yang kita lihat tentulah yang kita yakini. Kita tidak bisa meyakini apa sesungguhnya dibelakang api itu. Kita melihat api itu panas, tapi kalau nekat akan dingin. Ini beberapa solusi yang diberikan oleh Rasulullah saw. emy


Posting Komentar

0 Komentar