A+

6/recent/ticker-posts

Dirut PGN yang tak begitu saya kenal, kini ia dicekal [#1]

*
*
Washington Mampe Parulian (WMP) Simandjuntak adalah salah satu inspirator saya, meski nasib berkata lain, saya jauh dari pencapaian beliau bak bumi-langit, setidaknya kecerdikannya menempati ruang penting disalah satu bilik benak saya.

Direktur Keuangan dan Administrasi, adalah jabatan yang ia pegang diawal karir di PGN. Faktor biaya tinggi dalam produksi gas buatan menjadi perhatiannya. Masygul, bagaimana mungkin PGN akan bangkit dari kondisi merugi jika gas buatan yang dihasilkan masih berasal dari bahan baku mahal untuk olahan, yakni minyak bumi dan batubara.

Untuk mencapai jabatan puncak, ia tekun dengan pekerjaannya. Sebagai Direktur Keuangan dan Administrasi, ia melakukan pembenahan dalam sistem manajemen dan administrasi yang tidak terlihat dikerjakan secara professional.

Kalau pada umumnya laporan ke BPKP ‘asal beres’ dan BPKP tinggal “terima beres”, tidak dengan keuangan dan administrasi PGN. Sebagai ‘kepala suku’ ia menginginkan pekerjaannya menjadi tonggak keberhasilan sebuah system administrasi dan keuangan di perusahaan Negara tersebut dengan cara melibatkan proses audit sampai pembuatan system akuntansi dan kebijakan bersama BPKP, yang mana membutuhkan waktu selama 2 tahun antara 1987 sampai 1989.

Kerjakerasnya membuahkan hasil, ketika penjualan gas buatan mengalami peningkatan, pada tahun 1989 PGN berhasil membukukan keuangan sebesar Rp 600 juta. Dengan tangan dinginnya, dalam lima tahun membukukan keuntungan sebesar Rp 44 Miliar.

Maka wajar jika kemudian PGN mendapat predikat terbaik bersama 7 perusahaan lain di dunia, yang dibiayai Bank Dunia, meskipun bantuan Bank Dunia untuk PGN sebenarnya terhitung kecil yakni hanya 36 juta USD dan habis untuk memenuhi distribusi Sumatera utara dan Jawa Barat.

Tahun 1996, ketika proses pemeriksaan administrasi dan keuangan oleh Bank Dunia menyatakan PGN dalam status creditable, maka mengucurlah pinjaman sebesar 400 juta USD untuk membangun pipa ke daerah Duri [Sumsel] dari Grissik, dan rencana akan dicabangkan sampai ke Batam. Namun akibat badai krisis moneter 1997, proyek hanya dilaksanakan sampai Duri dengan pipa ukuran kecil 20 inchi.

Mengiringi krisis yang terus berlanjut, berbagai kesulitan menghampiri tugas alumni FE UI jurusan Akuntansi tahun 1969 ini. Namun semua dapat dilalui oleh pria kelahiran Porsea ini. Sebagai peraih empat bintang jasa dari Presiden, ia juga putra daerah kebanggaan Kabupaten Toba Samosir.[mp/sm-2001] Bersambung...

Posting Komentar

0 Komentar