A+

6/recent/ticker-posts

Seluler: Hadang Israel Masuk Jantung Telkomsel!

[Ekonomi, Gatra Nomor 11 Beredar Kamis, 21 Januari 2010]

Gempa kecil melanda PT Telkomsel, beberapa pekan terakhir. Pemicunya adalah tender pengadaan perangkat billing system Telkomsel, yang diduga kuat bakal dimenangkan perusahaan Israel. Tender senilai Rp 1,2 trilyun itu memantik masalah lantaran dianggap tidak transparan dalam pelaksanaannya. Salah satu yang disoal adalah perlakuan tidak adil kepada peserta tender. Dalam pelaksanaan prove of concept (POC) untuk peserta tender, misalnya, waktunya sengaja dibuat sangat ketat. Hal ini dianggap menguntungkan dua vendor, yaitu Convergyst dan Amdocs.


Convergyst adalah perusahaan asal Israel yang selama ini berpengalaman menangani tagihan existing, sehingga dianggap telah menyiapkan segala sesuatunya. Sedangkan Amdocs, yang juga disinyalir sebagai perusahaan Israel, diberi kesempatan enam bulan sebelumnya untuk POC.


Tender yang dilakukan Telkomsel pun sengaja di-split untuk dua vendor, masing-masing akan menangani online charging system (OCS) dan system control point (SCP). "Padahal, sistem yang ideal apabila OCS dan SCP berasal dari satu vendor untuk mendapatkan performa lebih bagus dengan harga murah," ujar anggota komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Heru Sutadi. Sebelumnya, billing system PT Telkomsel ditangani kongsi Nokia-Siemens hingga berakhir kontraknya pada tahun ini.


Heru mengingatkan, operator telekomunikasi yang dituding melakukan kecurangan dalam proses tender itu harus berurusan dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). "Meski itu urusan dapur operator, kami perlu mengingatkan karena tender yang curang bisa menjadi objek pemeriksaan KPPU," katanya.


Tender besar yang digelar operator telekomunikasi seperti Telkomsel, Heru menambahkan, sebaiknya dipaparkan secara terbuka demi menghindari tudingan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) serta persaingan usaha tidak sehat. "Langkah pemerintah pakai e-auction (tender elektronik --Red.) bisa ditiru. Panitia bagusnya tanda tangan pakta integritas," ungkap Heru.


Namun indikasi ketidaktransparanan tersebut dibantah oleh Direktur Utama Telkomsel, Sarwoto Atmosutarno. "Itu hanya pernyataan dari peserta yang sudah merasa kalah dalam tender," katanya. Menurut Sarwoto, sebentar lagi pemenang tender akan diumumkan. Dan biasanya, kata Sarwoto, pihak yang kalah tender sengaja memancing di air keruh.


Keikutsertaan perusahaan Israel, terutama Amdocs, dalam tender pengadaan perangkat billing system Telkomsel itu sempat memantik polemik. Maklum, Amdocs dianggap sebagai kaki tangan Pemerintah Israel yang dicurigai untuk kepentingan spionase. "Dengan menguasai billing system, berarti Amdocs telah menggenggam jantung perusahaan seluler terbesar di Indonesia itu," ujar seorang pakar informasi dan telekomunikasi yang tidak bersedia disebut namanya.


Secara historis, Amdocs adalah perusahaan yang didirikan di Israel oleh Aurec Group, sebuah korporasi bisnis milik milyarder Yahudi, Morris Kahn. Ia termasuk 10 besar orang terkaya di Israel. Perusahaan itu menyediakan perangkat lunak (software) dan jasa untuk penagihan, customer relationship management (CRM), sistem pendukung operasi (OSS), serta penyedia berbagai perangkat telekomunikasi dan informasi lainnya. Perusahaan ini juga menawarkan outsourcing layanan pelanggan dan operasi pusat data.


Pada saat ini, Amdocs bermarkas di Chesterfield, Missouri, Amerika Serikat. Perusahaan itu memiliki lebih dari 17.000 karyawan, tapi hampir setengah dari jumlah itu berbasis di Israel.


Amdocs juga tercatat di New York Stock Exchange dan beroperasi di lebih dari 50 negara. Amdocs pun memiliki divisi konsultan, yang disebut Divisi Consulting Amdocs, dengan kantor-kantor di seluruh dunia.


Selain proyek-proyek bisnis, Amdocs mendirikan pula berbagai organisasi nirlaba. Salah satunya bernama ALEA-Amdocs Employees Lema'an Hakehila, sebuah organisasi yang, katanya, bertujuan membantu masyarakat. Eyal Ben Amram, wakil presiden dan koordinator proyek Amdocs, mengatakan, "Kami memutuskan untuk fokus pada pendidikan bagi pemuda dan anak-anak bermasalah sebagai cara terbaik untuk mempengaruhi perubahan jangka panjang dalam masyarakat."


Indikasi bahwa Amdocs adalah perusahaan Israel yang memangku kepentingan negara zionis itu terlihat pada jajaran direksi. Terungkap di situs www.reuter.com, beberapa direktur Amdocs tercatat pernah menduduki pos penting di Pemerintah Israel.


Contohnya, Nehemia Lemelbaum, yang menjadi dewan direksi Amdocs sejak Desember 2001 --merangkap Senior Vice President Amdocs Management Limited dari 1985 hingga Januari 2005-- adalah staf di Kementerian Komunikasi Israel dengan tanggung jawab untuk teknologi komputer di area business data processing. Pada saat ini, Nehemia menjadi anggota eksekutif komite teknologi dan inovasi.


Ayal Shiran, yang menjabat sebagai Senior Vice President dan Head of Customer Service Business Group Amdocs Limited sejak 2008, adalah jebolan Angkatan Udara Israel. Ia bertanggung jawab atas proyek pengembangan sistem komputer untuk jet tempur F-15 dan pengembangan perangkat lunak untuk F-15 di Boeing.


Sedangkan Zohar Zisapel yang menduduki kursi dewan direksi Amdocs sejak Juli 2008 dan kini menjadi kepala komite inovasi dan teknologi pernah mengenyam karier di Departemen Pertahanan Israel dari 1978 hingga 1982. Ia juga menjadi Ketua Asosiasi Industri Elektronik Israel dari 1998 hingga 2001.


Di beberapa negara, kehadiran Amdocs sempat diboikot lantaran dianggap sebagai kaki tangan Pemerintah Israel. Di Irlandia, misalnya, beberapa politikus mengirim petisi agar Eircom selaku perusahaan "halo-halo" nasional negeri itu menolak proposal yang diajukan konsorsium pimpinan IBM, lantaran konsorsium tersebut membawa serta Amdocs untuk menangani billing system.


"Konsorsium yang menggandeng Amdocs kami persilakan mundur dari kontrak dengan Eircom. Sebab perusahaan itu penyokong kebijakan pertahanan Israel, yang membunuh 1.400 orang Palestina dalam invasinya ke Jalur Gaza," ungkap Kevin Squire, juru bicara Kampanye Solidaritas Palestina-Irlandia (IPSC) dan Gerakan Anti-Perang Irlandia (IAWM), seperti tertulis di www.swp.je.


Akankah perusahaan Israel itu melenggang kangkung ke jantung Telkomsel? Kecurigaan itu ditepis Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Tifatul Sembiring. "Kami sudah meminta klarifikasi dari Telkomsel dan Kedutaan Besar Amerika, ternyata Amdocs terdaftar di New York Stock Exchange dan berkantor di Missiouri," kata Tifatul kepada Birny Birdieni dari Gatra. Karena itu, Tifatul mempersilakan Amdocs terus mengikuti tender di Telkomsel.


Sebelumnya, Tifatul melarang keterlibatan perusahaan yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia, termasuk Israel. Namun, belakangan, Tifatul malah membuka jalan bagi Amdocs untuk melenggang ke kandang Telkomsel, operator seluler terbesar di Indonesia. Meski demikian, Tifatul berjanji, jika ada yang mencurigakan, pihaknya akan melakukan penyelidikan lagi terkait status kenegaraan Amdocs.


Dikatakan Tifatul, Indonesia memang tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Karena itu, Indonesia tidak memiliki hubungan dagang dengan Israel dan tidak ada kantor perdagangan Israel di Indonesia. "Tapi, kalau berdomisili di Amerika Serikat, meski sahamnya dimiliki orang Israel, sulit ditolak kehadirannya di sini," ujar mantan Presiden PKS itu. Jadi, selamat datang Israel!

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Terrific work! This is the type of information that should be shared around the web. Shame on the search engines for not positioning this post higher!

    BalasHapus