A+

6/recent/ticker-posts

"how do i delete my facebook account"

"Bila Anda peduli dengan privasi Anda maupun teman-teman, jangan lagi pakai Facebook. Kita ini dianggap produknya, bukan konsumennya," tulis Andrew Brown di The Guardian, mengutarakan kekecewaannya kepada Facebook.

Meningkat, jumlah Facebookers yang memilih menutup akun mereka. Hal ini terjadi setelah pengelola jejaring social ini ‘ketahuan’ bahwa selama ini telah lalau melindungi ruang pribadi (privasi) pemilik akun sehingga kegiatan yang dilakukan di akun-nya bisa diintip bahkan ‘dikerjai’ orang lain.

Harian The Financial Times mengungkapkan, bahwa melalui mesin pencari Google kita dapat mengetahui berapa banyak orang ingin keluar dari facebook karena merasa telah dikecewakan. Mesin pencari Google menunjukkan jumlah pencarian kata yang mencari tahu "bagaimana menghapus akun di Facebook" meningkat hingga mencapai rekor tertinggi, dan sebagian besar berasal dari Amerika Serikat.

Ketika masuk ke Google dan ketik "how do i" dalam kolom pencarian, secara otomatis akan ditunjukkan seluruh kalimat dengan ‘how do I” termasuk "how do i delete my facebook account" (bagaimana saya bisa menghapus akun di Facebook) dan sempat bertengger di daftar teratas pencarian.

Pengelola Facebook dibuat sibuk meladeni pemberitaan negatif media massa atas kemampuannya dalam melindungi privasi pemilik akun. Inilah yang membuat sejumlah kolumnis terkemuka spesialis rubrik teknologi dan para blogger terkenal memilih untuk menutup akun mereka dari Facebook secara permanen.

Peter Rojas, pendiri laman gadget terkemuka gdgt.com, kepada stasiun televisi ABC News mengaku sudah tak mau lagi berurusan dengan Facebook. Pasalnya, Rojas mengaku sudah tak tahan menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengatur akun-nya agar tidak diintip atau disalin oleh sesama pengguna Facebook yang tidak dia kenal.

"Terus-terusan memantau pengaturan [setting] tampilan pribadi ternyata sangat rumit. Kita tidak pernah bisa yakin dapat mengendalikan semuanya," kata Rojas.

Dalam blog yang ditampilkan di laman The Guardian, Andrew Brown pun mengutarakan kekecewaannya kepada Facebook. "Bila Anda peduli dengan privasi Anda maupun teman-teman, jangan lagi pakai Facebook. Kita ini dianggap produknya, bukan konsumennya," tulis Brown.

Kalangan pejabat perlindungan data Eropa telah menulis surat kepada Facebook bahwa perubahan kebijakan dalam pengaturan ruang pribadi pemilik akun Desember tahun lalu "tidak dapat diterima." Sejumlah senator di AS pun juga menaruh perhatian serupa kepada Facebook.

Sejauh ini Facebook pekan lalu baru menonaktifkan layanan chat setelah mereka menemukan suatu bug yang membuat seorang pengguna bisa mengintip isi percakapan teman-temannya dengan orang lain secara pribadi.

Sementara itu, pengelola Facebook menolak mengungkapkan berapa banyak pengguna yang telah menghapus akun mereka. Pengelola Facebook justru hanya mengungkapkan bahwa, sejak konfrensi antar developer web "f8" bulan lalu, pengguna aktif Facebook telah bertambah 10 juta menjadi lebih dari 400 juta orang.

Lev Popov, seorang teknisi piranti lunak Facebook, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah melengkapi laman itu dengan sejumlah perangkat pengaman yang menjamin data pribadi pemilik akun tidak gampang disusupi orang asing. Upgrade sistem yang baru-baru ini dilakukan Facebook juga membuat pemilik akun bisa memblokir akses yang mencurigakan.

"Kami percaya bahwa perangkat dan sistem baru ini akan banyak berguna dalam mencegah akses tanpa izin dan gangguan yang diakibatkan oleh penyusupan itu," kata Popov seperti yang dimuat halaman situs stasiun televisi BBC.

Namun, menurut Popov, keamanan yang paling ampuh adalah berasal dari pemilik akun yang bersangkutan. "Seperti biasa, garis pertama pertahanan adalah Anda sendiri. Kami butuh bantuan Anda untuk menerapkan perilaku yang aman dalam menggunakan Facebook maupun saat berselancar ke laman lain," kata Popov.

Sebelumnya, alasan untuk keluar dari facebook berawal dari berbagai kasus mulai penyusupan, pemalsuan sampai kejahatan penipuan. Dan yang tercatat paling tinggi terjadi di Amerika dan Indonesia adalah perceraian atau keretakan rumah tangga penggunanya.

Pemerintah Vietnam mengambil pelajaran dengan membuat kebijakan pemblokiran facebook, serta beberapa negara lain yang sadar akan bahaya situs jejaring ini bagi dunia intelijen dan perilaku warga negaranya. Sebagian dari kita, sedang gemar2nya update status dan menambah daftar teman, atau mencari pacar yang lama tak bersua dan berharap CLBK. [disarikan dari berbagai sumber]

Posting Komentar

0 Komentar