A+

6/recent/ticker-posts

Rakernas IWAPI XXI: "Kolaborasi Usaha Menuju Penguatan Ekonomi Nasional"

“Krisis membuktikan bahwa struktur ekonomi kita rapuh, namun krisis juga membuktikan bahwa UMKM tangguh. Keberadaan UMKM sangat strategis, bukan karena jumlah unit usahanya yang mencapai 98% namun juga mampu menyerap 90% tenaga kerja.” Ujar Ketua Umum DPP IWAPI 2010 – 2015, Ir. Dyah Anita Prihapsari, MBA, atau akrab disapa Nita Yudhi.



Dalam Rakernas IWAPI yang diselenggarakan pada 21–24 Juli di Flores Room Hotel Borobudur, Jakarta, ini hadir 400 anggota dari seluruh Indonesia. Forum Rakernas sendiri merupakan program rutin yang diselenggarakan IWAPI setiap tahun dan merupakan forum komunikasi antara pengurus DPP dengan DPD dan DPC.

Rakernas juga akan mengevaluasi antara lain ART/Aturan Organisasi/Program Kerja, merencanakan program kerja tahun berikutnya serta membuat rekomendasi untuk internal IWAPI dan pemerintah.
“RAKERNAS XXI ini juga akan diisi dengan dialog interaktif tentang permasalahan yang dihadapi anggota IWAPI, baik yang berkaitan dengan dunia usaha maupun kesetaraan gender.” Ungkap Nita Yudi.
Lebih jauh Nita Yudhi juga mengungkapkan bahwa krisis yang turut menerpa perekonomian Indonesia, menjadi bukti bahwa telah terjadi kerapuhan sistem dalam struktur ekonomi. Namun demikian krisis juga telah membuktikan bahwa kalangan UMKM cukup tangguh.  Hal tersebut menjadikan keberadaan UMKM sangat strategis, bukan hanya karena jumlah unit usahanya yang mencapai 98% namun juga mampu menyerap 90% tenaga kerja.

“Meski keberadaan UMKM sangat strategis, namun kebijakan Pemerintah dirasakan kurang berpihak kepada UMKM. Untuk itu IWAPI sangat berkepentingan untuk memperjuangkan kebijakan Pemerintah yang pro UMKM, karena sebagian besar anggota IWAPI bergerak di UMKM dan 60% sector usaha mikro dikelola oleh perempuan.” Demikian Nita Yudi, Ketua IWAPI Periode 2010-2015 yang terpilih dalam Munaslub 8 April lalu.

Menurut Nita Yudi, wanita kelahiran Jakarta, 22 Juni 1964 inisebagai Ketua IWAPI sangat menyadari betapa besarnya tantangan yang dihadapi UMKM dalam menghadapi tingginya persaingan usaha akibat pasar bebas, serta iklim yang kurang kondusif bagi dunia usaha. Ia mencontohkan, serbuan produk Cina dari elektronik, mainan anak, kosmetik, makanan, jamu dan sebagainya dengan mudahnya dapat temukan di pasar-pasar tradisional.

“Jika Pemerintah menuntut UKM mencantumkan resgistrasi kementrian terkait, mengapa produk-produk asing tersebut tidak dituntut registrasi? Ironis memang, dengan kondisi keuangan masyarakat yang terbatas dan image bahwa produk asing lebih bergengsi dari produk domestik, masyarakat akan memilih produk asing yang murah namun belum tentu sehat dan ramah lingkungan.” Ungkap Nita, Ia adalah wanita arsitekt lansekap dan lingkungan yang sempat terpilih mewakili Asia untuk International Visitor Leadership Program United State Departement of State ke Washington DC.

Nita Yudi melihat, diantara permasalahan yang dihadapi kalangan dunia usaha kalangan UMKM adalah hal-hal yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi seperti Iklim usaha dirasakan kurang kondusif akibat keterbatasan insfrastuktur listrik, jalan/transportasi, telpon, air bersih dan lain-lain. Begitu juga suku bunga bank yang masih sangat tinggi dibanding Negara tetangga, birokrasi perizinan, termasuk akses LPDB yang masih lama dan berbelit.

Nita juga memaparkan, sudah banyak UU/PP/Inpres yang ditujukan untuk mengkondusifkan iklim usaha seperti UU 9/1995 yang direvisi dengan UU 20/2008 tentang UMKM, PerMendagri 24/2006 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan terpadu satu atap, Inpres 6/2007 tentang kebijakan percepatan pembangunan sector rill. “Namun dampak kebijakan tersebut masih jauh panggang dari api, belum menyentuh permasalahan, bahkan sepertinya tidak punya gigi.”  

Selain beratnya tantangan diatas, IWAPI juga menyadari kelemahan UMKM dimana managemen yang masih sangat terbatas, penguasaan tekonologi rendah, aset produksi rendah, SDM kurang, akses permodalan rendah, serta akses pasar rendah dan usia produk UMKM yang relatif pendek.

“Itulah kenapa tema dari Rakernas ke-21 ini adalah Kolaborasi Usaha Menuju Penguatan Ekonomi Nasional, hal ini berangkat dari kesadaran akan besarnya tantangan dan kelemahan UMKM di satu sisi dan spirit memperjuangkan UMKM di sisi lain.” Kata Nita Yudi seraya menjelaskan bahwa kolaborasi kerjasama/kemitraan akan menjadi salah satu jalan keluar terbaik bagi UMKM dalam menghadapi persaingan usaha yang ketat di mana kondisi usaha belum stabil.

Posting Komentar

0 Komentar