A+

6/recent/ticker-posts

9 Raja Peringati 200 Tahun Peristiwa Cadas Pangeran

"Nilai-nilai yang dapat dipetik dari peristiwa Cadas Pangeran adalah jiwa patriotisme Pangeran Kornel ketika berhadapan dengan penjajah pimpinan Daendels. Pangeran Kornel sudah menunjukan jati diri masyarakat Sumedang, yang berani bersikap dan bertindak untuk membela rakyat. Hal ini yang harus menjadi tauladan kita," kata Don Murdono, Bupati Sumedang di hadapan Sembilan Raja utusan Keprabonan Nusantara, dalam peringatan 200 tahun Peristiwa Cadas Pangeran. 

Kedatangan kesembilan Raja di Gedung Negara Sumedang, Senin (22/11), disambut Bupati Sumedang, Don Murdono, yang menyandang pakaian kebesaran era Rangga Gempol II, dengan upacara adat besar-besaran.

Kesembilan Raja tersebut adalah Raja Samu Samu VI Maluku, Sultan Sepuh XVI Cirebon, Sultan Banten, Sultan Deli, Raja Kutai, dan utusan dari kesunanan Surakarta. Kesembilan kerajaan tersebut termasuk Kerajaan Sumedang Larang, tergabung dalam Keprabonan Nusantara.

Raja Samu-Samu mewakili para Raja menyampaikan rasa terima kasihnya atas undangan dan sambutan Bupati dan Kapolres Sumedang yang begitu meriah. "Sejarah, budaya, dan adat istiadat yang diwariskan nenek moyang itu harus dipelihara, dihormati dan dijunjung tinggi," katanya.


Peristiwa Cadas Pangeran

Berawal dari wafatnya Bupati SURYANEGARA, sedangkan anaknya yang bernama RADEN JAMU masih berumur 20 tahun sehingga belum dapat diangkat menjadi  Bupati karena syaratnya harus berumur 24 tahun. Setelah melalui mufakat dipilihlah DEMANG TANUBAYA  sebagai pengganti yang baru. Namun bupati pengganti ini hanya dua tahun memerintah telah dipanggil menghadap Yang Kuasa.  Setelah dilakukan pemilihan lagi, terpilihlah DEMANG PATRAKUSUMAH yang dahulunya adalah Dalem Parakan Muncang kini diangkat menjadi Bupati Tanubaya II. 

Bersamaan dengan itu naiknya Demang Patrakusumah, Keluarga Bupati Suryanegara, yakni Nyai Suryanegara dan Raden Jamu menuju pesantren KYAI SEPUH di Bukit Tunggul, dimana Raden Jamu digembleng dua macam ilmu yaitu ilmu Al Quran dan Hadis, ditambah ilmu bela diri atau kabedasan. 

Untuk melanggengkan kekuasaannya Bupati Tanubaya II menikahkan anaknya, Raden Ayu Candranegara dengan Raden Jamu. Atas hasutan DEMANG DONGKOL, Bupati memerintahkan untuk menagkap Raden jamu hidup atau mati.  Raden Jamu akhirnya meloloskan diri dari Sumedang menuju Limbangan. Dari Limbangan Raden Jamu menuju Cianjur, di Cianjur Raden Jamu diangkat oleh Bupati Cianjur menjadi Wedana di Cikalong. 

Melihat keadaan yang semrawut di Sumedang, Bupati Cianjur mengirim surat untuk Gubernemen di Batavia. Akhirnya, turunlah surat yang mencabut kedudukan  Bupati Tanubaya II digantikan oleh Raden Jamu dengan gelar Adipati Suryanegara atau Pangeran Kusumadinata sebagai Adipati Sumedang yang ke-12. Di bawah pimpinan Pangeran Kusumadinata, Sumedang mencapai kemakmurannya. Namun, pada saat itu Pemerintah Belanda mengutus HERMAN WILLEM DAENDELS sebagai Gubernur Jendral di Hindia Belanda. Daendels-lah yang membangun jalan sepanjang 100 km dari Anyer sampai Panarukan dengan rute dimulai dari Anyer terus ke Serang, Tangerang, Jakarta, Bogor, Bandung dan sampailah di Sumedang. 

Di Sumedang inilah terjadi Peristiwa yang mempertemukan Pangeran Kusumadinata dan Daendels, ketika pembuatan jalan sampai di daerah selepas Tanjungsari, pekerja berhadapan dengan jalan yang menanjak dan  berbatu cadas sehingga disebut TANJAKAN CADAS. Ketika sampai ditempat para pekerja, Bupati memerintahkan para pekerja untuk berhenti dahulu. Tak lama kemudian Daendels datang. Ketika  bersalaman, Bupati mengulurkan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mencabut keris Ki Dukun. Daendels sendiri sebenarnya terkejut melihat keberanian Bupati Sumedang itu, hatinya seperti tinggal separo melihat keris yang sudah diangkat , namun kemudian disarungkan kembali. Sejak kejadian itu jalan tersebut Disebut CADAS PANGERAN. 

Pada lain hari, Bupati Sumedang berhasil mengalahkan perampok di perbatasan Sumedang-Cirebon yang kabar ini terdengar sampai ke Batavia. Oleh Gubernur Jendral,  ia dihadiahi pangkat KOLONEL. Sejak itu rakyatnya menyebut  sebagai PANGERAN KORNEL.

Posting Komentar

0 Komentar