A+

6/recent/ticker-posts

WAYAH GUMREGAH, Kebangkitan Masyarakat Merapi Pasca Erupsi


Rumah Pelangi akan menggelar acara yang menandai kebangkitan masyarakat sekitar Merapi pasca erupsi 2010 yang meluluhlantakkan pertanian dan perkebunan, peternakan dan perekonomian masyarakat agraris Merapi. Acara bertajuk WAYAH GUMREGAH (Waktunya Bangkit / Anak Cucu Bangkit). 

Agenda acara Wayah Gumregah adalah berupa hajat budaya TLATAH BOCAH yang dikemas sebagai sebuah rangkaian kegiatan tematik yang diharapkan memberikan makna, khususnya para penggiat dan masyarakat pada umumnya. Tema ini menyesuaikan dengan isu yang sedang berkembang di masyarakat. Pesan dari acara ini adalah terkait dengan dampak erupsi yang masih berlangsung, dimana masyarakat harus menata kembali kehidupan dan lingkungannya. Agenda-agenda yang direncanakan antara lain:

1. MERTI JIWO

Hajat budaya TLATAH BOCAH diawali dengan pembersihan hati para penggiatnya melalui doa antar iman, ritual perjalanan naik ke sebuah situs Merapi, dan ekplorasi tari di atas. Para penggiat dan simpatisan yang terlibat diajak memahami tujuan hajat budaya bukanlah sebuah pesta melainkan menyuarakan eksistensi anak. Merti Jiwo dilakukan di Stabelan di Kabupaten Boyolali, sebuah dusun terdekat Merapi.

Lokasi : Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali
Tanggal : 4 Juni 2011 (Sabtu Pon)
Jam : 19.30 - 24.00 WIB

1) Diskusi: Merapi & Keberagaman
2) Doa Lintas Iman (Mbah Waldji – FPUB)

Tanggal : 5 Juni 2011 (Minggu Wage)
Jam : 04.00 – 09.30 WIB

1) Perjalanan Naik Gunung
2) Penanaman Pohon
3) Performance

2. LAKU LAMPAH

Selain Boyolali, gunung Merapi juga dilingkupi 3 kabupaten lainnya, yakni: Magelang, Sleman, dan Klaten. Banyak warga di wilayah tersebut masih mengungsi di hunian sementara sampai saat ini. Laku lampah merupakan sebuah perjalanan spiritual meresapi psikologi penyintas ini dengan eksplorasi tari dan juga
mengusung spirit hidup melalui seni tradisi yang disajikan anak–anak.

Laku Lampah I:

Lahar hujan sebagai salah satu dampak erupsi Merapi telah menghilangkan ribuan sawah dan menenggelamkan banyak rumah. Warga banyak menghuni hunian sementara yang dibangun lembaga maupun pemerintah. Salah satu area yang digunakan untuk menampung warga ini adalah Jumoyo.

Lokasi : Huntara Jumoyo – Kabupaten Magelang
Tanggal : 11 Juni 2011 Sabtu Kliwon
Jam : 15.00 – 18.00 WIB

1) SUDRATARI – Kolaborasi
2) JATHILAN – Kadirojo
3) Bintang Tamu

Laku Lampah II:

Wilayah Cangkringan, Kabupaten Sleman bagian atas merupakan area yang terkena dampak Merapi sangat parah tersapu awan panas sehingga tidak dapat dihuni lagi. Warga yang selama ini tinggal disana sekarang menempati hunian sementara di sisi bawahnya dan belum dapat mengolah tanahnya lagi.

Lokasi : Huntara Cangkringan – Kabupaten Sleman
Tanggal : 19 Juni 2011 (Minggu Pon)
Jam : 15.00 – 18.00 WIB

1) SUDRATARI – Kolaborasi
2) DAYAK GRASAK - Sumber
3) BALIJA - Jogja
4) Bintang Tamu

Laku Lampah III:

Deles di Kabupaten Klaten merupakan daerah yang setiap saat terancam bahaya erupsi Merapi. Masyarakat tetap tinggal disana karena Merapi telah menghidupi mereka generasi ke generasi.

Lokasi : Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,Kab. Klaten
Tanggal : 26 Juni 2011 (Minggu Kliwon)
Jam : 15.00 – 18.00 WIB

1) SUDRATARI – Kolaborasi
2) CAKAR LELE – Ngandong
3) Bintang Tamu

3. SRAWUNG GUNUNG

Warga yang tinggal di Merapi berprofesi sebagai petani dan peternak. Pekerjaan ini berpengaruh pada kesederhanaan pola hidup dan secara tidak disadari merupakan faktor penting dalam keseimbangan lingkungan. Srawung Gunung adalah program pengenalan kehidupan lereng Merapi untuk anak–anak dari luar daerah. Difasilitasi oleh anak–anak seusianya, mereka diajak tinggal beberapa hari untuk bermain ala gunung, mengelola kebun sayur kelompok, beternak, dan belajar seni tradisi.

Lokasi : Dusun Sumber, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kab. Magelang
Tanggal : 1 – 9 Juli 2011 (Jumat Kliwon – Sabtu Pon)
Jam : 08.00 – 21.00 WIB

1) Berkebun dan Beternak
2) Latihan Musik Tradisi / Gamelan
3) Latihan Tari Tradisi

4. NGUNDUH MANTU

Membentuk keluarga baru tentu saja harus menyiapkan lembaran layaknya warga Merapi yang berjuang menata kehidupan baru. TLATAH BOCAH ke 5 kali ini juga mengantarkan salah satu penggiatnya pada sebuah jenjang pernikahan dengan nuansa yang TLATAH BOCAH, dirayakan bukan untuk sebuah pesta melainkan upaya pemahaman terhadap suatu keputusan.

Lokasi : Dusun Kadirojo, Kelurahan Muntilan, Kec. Dukun, Kab. Magelang
Tanggal : 3 Juli 2011 (Minggu Pahing)
Jam : 13.00 – 15.00 WIB

1) SUDRATARI – Kolaborasi
2) REOG BOCAH – Gumuk
3) DAYAK GRASAK – Sumber

5. HAJAT SENI

Masyarakat Merapi dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi tradisi leluhur dan mempunyai toleransi atas perbedaan. Salah satu warisan yang menggambarkan nilai ini adalah keberagaman seni tradisi yang masih ada. Puluhan jenis kesenian dari ratusan kelompok kesenian terdapat di Merapi. Meskipun
demikian, kelompok ini belum banyak memberikan kesempatan pada anak untuk terlibat kecuali sebagai penonton / pendukung. TLATAH BOCAH menjembataninya dengan menggelar hajat seni tradisi yang pelakunya anak–anak. Tahun ke tahun kesertaan anak dalam kelompok kesenian bertambah. WAYAH GUMREGAH dapat digunakan sebagai modal awal membangun komunitas ramah anak.

Lokasi : Dusun Sengi, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kab. Magelang, Sengi, Kabupaten Magelang
Tanggal : 9 – 10 Juli 2011 (Sabtu Pon – Minggu Wage)
Jam : 09.00 – 24.00 WIB

1) ORASI BUDAYA
2) AMAN PERKUSI – Jakarta
3) ANGGUK RAME – Ngargo Tontro
4) BOCAH MENGKAL – Kajoran
5) CAKAR LELE – Ngandong
6) DAYAK GRASAK – Sumber
7) GELAP NGAMPAR – Gejiwan
8) JALANTUR – Gowok Pos
9) JATHILAN – Kadirojo
10) KLENENGAN – Samigaluh
11) KOBRO SISWO – Sengi
12) MAHESA BUTHENG – Bandongan
13) MONDOLAN – Soko
14) PADAT KARYA – Klakah Tengah
15) PUTERI KAWEDAR – Sengi
16) QARYAH THAYYIBAH – Salatiga
17) REOG BOCAH – Gumuk
18) TANAM UNTUK KEHIDUPAN – Salatiga
19) TEATER RAKYAT – Purwodadi
20) TOPENG IRENG – GKI Muntilan
21) WAYANG BOCAH – Tutup Ngisor
22) Bintang Tamu (masih terbuka kesempatan apabila ada komunitas luar menyajikan karya)

6. LARUNG SUKERTA

Pengaruh Merapi tidak hanya dirasakan pada 4 kabupaten yang mengitarinya, namun juga melampaui area yang lebih jauh. Sungai Progo yang merupakan salah satu sungai pembawa material Merapi yang berakhir di Pantai Trisik. Larung Sukerta merupakan suatu tradisi menghilangkan unsur negatif dalam kehidupan disimbolkan dengan melarung benda sebagai gambaran unsur tersebut. Identik dengan muara sungai yang berakhir di laut, prosesi ini mengakhiri hajat budaya TLATAH BOCAH 5 untuk berpikir positif atas segala yang terjadi dan bangkit memulai kehidupan baru.

Lokasi : Pantai Trisik, Kecamatan Galur, Kab. Kulon Progo
Tanggal : 17 Juli 2011 (Minggu Legi)
Jam : 15.00 – 18.00 WIB

1) Bintang Tamu
2) WAYANG KERTAS – Sambak
3) DURSASANA GUGUR – Kolaborasi
4) Doa

L A T A R B E L A K A N G

Erupsi Merapi Oktober–November 2010 merupakan fenomena luar biasa dibandingkan tahun–tahun sebelumnya. Erupsi tidak hanya menyebabkan ratusan ribu masyarakat dalam radius 20 km mengungsi selama hampir satu bulan, namun juga mengakibatkan ratusan orang dan ribuan ternak mati. Banyak rumah dan lahan pertanian hilang/rusak. Lahan pertanian tidak dapat berfungsi optimal karena berubahnya struktur sungai dan terputusnya saluran irigasi. Mata air hilang/rusak sehingga mempengaruhi pasokan air bersih masyarakat, akses jalan serta jembatan rusak/runtuh tergerus lahar hujan, dan berbagai kerusakan infrastruktur lainnya.
Dampak erupsi ini masih berlangsung dan diperkirakan berlanjut 3 – 4 tahun mendatang karena timbunan material hasil erupsi masih menumpuk di atas gunung. Setiap saat dapat turun apabila terjadi hujan lebat / getaran besar.

Kondisi di atas tentu saja berpengaruh pada psikologis masyarakatnya. Perubahan tersebut dapat disikapi dengan cara positif melalui dukungan pihak luar supaya masyarakat tidak terpuruk. Salah satu hal yang dimiliki masyarakat Merapi adalah keberagaman budaya yang menjadikan mereka mempunyai toleransi dan solidaritas kuat tercerminkan dalam gotong royong maupun mempertahankan tradisi nenek moyang. Hal inilah yang dikedepankan dalam hajat budaya TLATAH BOCAH 5 untuk bangkit dan membangun lingkungan kembali.

G A G A S A N
Berawal pada tahun 2005, Rumah Pelangi beserta komunitas–komunitas lereng Merapi bermimpi mewujudkan area ramah anak (child friendly space), sebuah ruang fisik dan psikologis yang memberikan kesempatan anak–anak terlibat pembangunan. Jejaring ini menumbuhkembangkan kepekaan anak terhadap realita sosial, lingkungan, dan relasi antar manusia yang terwujud dalam rutinitas kegiatan. Salah satu media pembelajaran dilakukan melalui kesenian tradisi dimana terkandung nilai kepedulian dan solidaritas.

Pada tahun 2007 jejaring menginisiasi TLATAH BOCAH (area ramah anak), sebuah hajat budaya selama satu bulan untuk mengkampanyekan hak anak. Tema yang diangkat saat itu tentang transformasi nilai–nilai pendidikan melalui gerakan kebudayaan dan kesenian. Hajat budaya ini dikembangkan rutin setiap tahun dengan tema terkait isu–isu tentang anak.

Jejaring meluas dengan adanya komunitas di gunung Sumbing, Merbabu, dan pelosok perbukitan Menoreh. Tercatat 25 komunitas dari 4 Kabupaten (Magelang, Boyolali, Salatiga, dan Kulon Progo) menggerakkan TLATAH BOCAH. Selain itu, solidaritas dari berbagai penjuru tanah air menyemarakkan hajat budaya ini dengan partisipasi sesuai kemampuan sumber dayanya.

Posting Komentar

0 Komentar