![]() |
Studi Tiru Ilir Timur Dua ke Kebon Pala (Foto: Nursanti/FKDM) |
Oleh: Mahar Prastowo
Kebon Pala, Makasar, Jakarta Timur – Pagi baru nyaring-nyaringnyo. Jam sembilan belum lewat lima menit. Tapi halaman kantor Kelurahan Kebon Pala sudah ramai. Wong-wong berpakaian seragam batik datang dari jauh. Dari tanah seberang: Ilir Timur Dua (IT2), Palembang. Mereka adalah Sekcam IT2 Bapak Susanto, wakil ketua TP PKK/DWP IT2 Ibu Qur Ratu Aini, Bapak Rudy Martino, Bapak Ricky YM, dan Bapak Hermansyah, Ibu Miniarti, ibu Rasidah.
Itu bukan sekadar jalan-jalan. Ini studi tiru—belajar dari kampung orang, untuk dibawa pulang ke kampung dewek. Dan kali ini, giliran Kebon Pala yang jadi tuan rumah. Mereka datang nak ngintip: bagaimana kampung di kota Jakarta bisa urus lingkungan, bank sampah, taman, sampai UMKM, dengan rapi, indah, dan hidup.
"Apo yang bisa kite bawa pulang dari sini?" tanyo satu tamu. Tapi jawabannyo ndak keluar lewat lisan, tapi lewat pandangan mato—dan catatan di kepala.
-
Rombongan disambut hangat. Ketua PKK Kelurahan, Ibu Elvira, dan jajaran PKK lainnya, menyambut dengan tangan terbuka.
Setelah ngobrol sebentar, jalan-jalan dimulai. Rute pertama: RPTRA Kebon Pala Berseri. Tempat anak-anak biasanya main dan belajar. Tapi pagi itu, giliran orang dewasa yang belajar.
Ada kebun anggur di sana. Tanaman sayur-mayur yang segar. "Ini semua kerja bareng warga," jelas Ibu Ningsih, wakil ketua PKK.
Di sebelah kebun, ada bank sampah. Sistemnya canggih, walau sederhana. Sampah dipilah, ditimbang, ditukar poin. Lalu ditukar sabun, beras, atau pulsa. Bukan sembarang buang, tapi sambil mikir.

Lanjut lagi, masuk ke ruangan UMKM. Ibu-ibu PKK jualan sabun cair, kerajinan, makanan ringan. Di sini ekonomi kecil-kecilan hidup dan bergerak. Dari dapur rumah ke meja pasar, kira-kira begitu filosofinya.

Belajar Lewat Lihat
Hermansyah, Ricky, dan Rudy Martino – tiga nama dari Palembang – tampak paling aktif bertanya. Mereka bukan pejabat, tapi pejuang di balik layar. Mencatat detail. Mengamati pola.
Kau pikir belajar itu hanya dari buku? Di Kebon Pala, buku tak banyak dibuka. Tapi tangan bergerak, mata bekerja, dan hati menyerap. Itulah studi tiru. Belajar dari realitas, bukan retorika.
Di satu sudut, Qur Ratu Aini terdiam lama di depan perpustakaan anak. "Kalau kito punyo seperti ini di Palembang, anak-anak mungkin lebih betah di rumah, baca buku" gumamnyo.
Sinergi, Bukan Sekadar Seremoni
Dari luar, kegiatan ini bisa kelihatan sederhana: kunjungan biasa. Tapi kalau dilihat lebih dalam, inilah proses pembelajaran sosial. Antara Jakarta dan Palembang, antara PKK dan FKDM, antara warga dan penggerak.
Tentu, ini bukan akhir. Tapi awal dari rantai kerja sama dan pertukaran gagasan. FKDM Kebon Pala, yang biasanya mengawasi potensi konflik, deteksi dini kriminalitas dan kebencanaan, hari itu justru mendokumentasikan potensi positif. Itu juga bagian dari early warning system: menjaga yang baik tetap hidup.

Akhirnya, Foto Bersama dan Harapan
Di penghujung kunjungan, kamera-kamera diangkat. Foto bersama. Tapi sejatinyo, yang terekam bukan hanya gambar, tapi semangat. Semangat wong-wong Palembang yang ingin belajar, dan wong Kebon Pala yang ikhlas berbagi.
Dari luar, mereka berbeda kota. Tapi dari dalam, mereka sama: sama-sama ingin kampungnyo lebih baik, sama-sama percaya pada kekuatan gotong royong.
Dan mungkin, ini yang lebih penting dari segalonyo: rasa percaya diri bahwa kampung bisa bangkit bukan karena proyek, tapi karena warga bergerak.
-
Kebon Pala, 8 Mei 2025
Belajar dari Jakarta: Cerito Wong Ilir Timur Dua di Kebon Pala
Galeri kegiatan:
Naskah: Mahar Prastowo
Foto: Nandar, Nursanti
0 Komentar